Kisah Inspiratif, Jatuh Bangun di Konstruksi Kini Bagi-Bagi Hewan Ternak

Thursday, 15 August 2024 09:29:24 | 607 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
(atas) Ratusan perserta menghadiri diskusi dengan Cheito Karno. (bawah) Cheito Karno memaparkan pengalamannya merintis bisnis dan kisah pribadinya. (foto/DIA Group)
(atas) Ratusan perserta menghadiri diskusi dengan Cheito Karno. (bawah) Cheito Karno memaparkan pengalamannya merintis bisnis dan kisah pribadinya. (foto/DIA Group)

“Orang hebat itu dibetuk bukan dari kesenangan, tetapi dari kesukaran, tantangan dan air mata”

Begitulah lika-liku kisah perjalanan hidup sosok Cheito Karno, yang ia paparkan saat memberikan motivasi kepada ratusan pemuda yang didominasi generasi Z di untuk menjadi entrepreneur di Café Sanjung Jalan Sengkawit, (Rabu, 14/8) .

Ya, nama lengkapnya tak setenar panggilannya. Mayoritas warga Bulungan hanya mengenal nama Ashe, baru-baru inilah nama Cheito Karno menjadi semakin populer saat balihonya bertebaran di Bulungan jelang Pemilihan umum Kepala Daerah.

Dia Cheito Karno alias Ashe, si raja Aspal nya Bulungan di awal-awal otonomi daerah, kini menjadi pendamping DR Datu Iman Suramenggala, S.Hut, M.Sc maju dalam Pemilukada Bulungan November mendatang.

Di era tahun 2000-an, tepatnya awal Otonomi daerah (Otda), saat daerah seperti baru merdeka menentukan pembangunannya, di saat itulah Cheito Karno mengerjakan hampir seluruh pengaspalan di Bulungan. “Sekitar 90 persen saya semua yang aspal,” ujarnya. Itulah membuat namanya tidak asing bagi warga Bulungan.

Namanya kini menjadi magnet baru di Bulungan. Kehadirannya disetiap moment menstimulasi masyarakat mengembangkan dunia pertanian dan peternakan tidak pernah sepi. Malam tadi, Cheito Karno tampil casual dalam balutan kaos polo warna kuning dengan stelan jeans, membuat pria 51 tahun sangat akrab dengan remaja-remaja calon entrepreneur di Bulungan.

Mengawali pembicaraan, Ashe, mengisahkan perjalanannya jatuh bangun dalam bisnis. Berawal sebagai karyawan perusahaan konstruksi, lalu mendirikan usaha sendiri. Hingga menjadi kontraktor terbesar di Bulungan.

Namun dari puncak kejayaan, Cheito Karno memasuki masa-masa sulit. Bahkan paling sulit yang dia alami. Dia bangkrut se bangkrut-bangkrutnya. Utang bank menumpuk.

Namun, pengalaman yang telah menempa nya membuat dia tidak kehilangan akal untuk bangun dan bangkit kembali. Dia lalu memutuskan hidup sebagai petani. Mulai membuka lahan kelapa sawit seluas 5 hektar dengan modal pinjaman.

Dengan keuletannya, dari 5 hektar kini mencapai 200 hektar. Panen pertamanya 10 tahun lalu, hanya 5 juta, kini Ashe sudah berpenghasilan bersih 150 juta perbulan dari kebun kelapa sawit. Dia mempekerjakan setidaknya 30 orang karyawan dengan seorang manager profesional.  

Setelah mengetahui seluk beluk kelapa sawit, Ashe masih belum berhenti berinovasi. Dia melirik potensi peternakan. Dia melakukan riset kecil-kecilan, terkait kebutuhan daging di Bulungan. Dia menemukan, setiap bulannya Bulungan mendatangkan 300-400 ekor kambing dari luar daerah.

“Bulungan mayoritas Muslim. Setiap anak lahir, Sunnah untuk potong kambing. Cewek 1 ekor, cowok 2 ekor. Kalau ada keluarga yang lama baru dapat anak cowok, 2 ekor itu bisa jadi 4 ekor,” seloroh Ashe.

Disini dia memutuskan membuka peternakan kambing. Dia mencari berbagai referensi. Mencari jenis kambing dan membandingkan satu sama lain. Pilihannya jatuh pada kambing jenis Boer. Kambing ini, aslinya berasal dari Afrika, namun mulai dibudidayakan di Indonesia sejak 2015. Dan sukses.

Kini Ashe sudah menginvestasikan dana di peternakan kambing ini sudah mencapai Rp3,5 Miliar untuk mendatangkan 700 ekor kambing. Kambing-kambing ia ternak di lahan kurang lebih 1 hektar di Desa Apung.

Setelah mulai memperlihatkan tanda-tanda kehamilan, Ashe menyerahkan kambing-kambing itu kepada masyarakat yang ingin beternak tetapi tidak punya kambing. Masyarakat merawat kambing dengan system bagi hasil.

Pola kemitraan dengan system bagi hasil ini sudah dia lakukan sejak 3 tahun lalu. Minat warga Bulungan menjadi mitranya cukup tinggi. Saat ini setidaknya 300 ekor kambing akan ia datangkan lagi guna memenuhi permintaan mitra-mitra barunya.

“Tidak lengkap kalau hanya kambing. Babi juga harus ada,” candanya.

Ashe melihat peluang, hadirnya Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Tanah Kuning yang mayoritas tenaga kerjanya dari China, pasti membutuhkan pasokan daging babi yang lumayan. “4-6 ton daging babi dibutuhkan KIHI,” ujarnya.

Peluang ini pun ditangkapnya. Dia mendatangkan bibit Hewan Babi yang miliki tingkat produktifitas tinggi dan unggul. Jenis American Yorkshire . Jenis ini bisa mencapai bobot 80 kilogram hanya dalam masa 4 bulan. Beternak babi jenis ini lebih simpel dari pada babi lokal. Pakanny pakan kering. Keunggulan lainnya, saat beranak, seekor indukan babi Yorkshire bisa mencapai 9-14 ekor anak.

Baik di peternakan kambing dan babi, Cheito Karno membuat kemitraan dengan masyarkat. “Kita masih belum swasembada daging. Setidaknya harus ada 500 mitra yang beternak, baru kita bisa mencapai swasembada daging,” jelasnya.(paktaniku.com)

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini588
  • Kunjungan Hari Ini687
  • Total Pengunjung120996
  • Total Kunjungan132098
  • Pengunjung Online4