Hasil Alam Disedot, Uang Buat Makanpun Terikut

Saturday, 13 July 2024 10:37:01 | 1544 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
Beras, peluang yang disia-siakan Kaltara. (Foto/int)
Beras, peluang yang disia-siakan Kaltara. (Foto/int)

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi beras nasional adalah 6,81 kilogram per orang per bulan. Sehingga untuk Kalimantan Utara dengan jumlah penduduk menurut data disdukcapil kaltara, pada tahun 2023 adalah  734.713 jiwa, membutuhkan beras sebanyak 5.003.395 kilogram per bulan atau 60.040.740 kilogram per tahun.

Jika mengacu pada harga beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang diedarkan oleh Bulog, sebesar Rp12.500 per kilogram, maka setiap bulan masyakat Kaltara membelanjakan uang sebesar Rp62.542.437.500 per bulan atau Rp750.509.329.500. Atau Rp 750 Miliar per tahun untuk membeli beras. Angka yang sangat fantastis. .

Bisa dibanyangkan jika anggaran untuk membeli beras buat kebutuhan sehari-hari itu cukup beredar di Kalimantan Utara. Ekonomi masyarakat pasti akan tumbuh. Uang sebesar itu beredar di sektor pertanian, pasti akan menghidupkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sektor pariwisata dan sektor-sektor lainnya.

Sayangnya pemerintah baik di tingkat kabupaten maupun provinsi belum berpikir, bahkan terkesan tidak punya program riil untuk menangkap peluang ini dan mengembangkan sektor pertanian secara jelas.

Wartawan paktaniku.com mencoba menelusuri pasar-pasar di Tanjung Selor Kabupaten Bulungan untuk melihat realitas beras yang dijual di pasar. Tanjung Selor salah satu daerah di Kaltara yang memiliki potensi lahan sawah yang luas serta dikenal dengan produksi padi lokal lahan basah dan padi lokal lahan kering.

Dari seluruh kios beras yang didatangi, tidak satupun yang menjual beras lokal. Semua menjual beras-beras dari luar Kalimantan Utara, seperti dari Pulau Jawa dan Sulawesi.

“Ada biasanya di pasar inai kalau pagi,” jelas salah seorang penjual beras yang kami temui.

Di pasar inai pun, beberapa penjual hanya membawa setidaknya setengah karung yang dijual per kilogram, dengan harga yang lebih mahal dari harga beras SPHP.

Apa persoalan yang membuat harga beras lokal lebih mahal? Dan mengapa tidak ada petani yang membuka lahan sawah yang luas untuk menghasilkan produksi beras untuk kebutuhan Kalimantan Utara?

Paktaniku.com, akan mengulas masalah ini dalam beberapa edisi ke depan. (paktaniku.com)

Tag

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini238
  • Kunjungan Hari Ini278
  • Total Pengunjung70623
  • Total Kunjungan77943
  • Pengunjung Online5