Gunawan : Catatan Jelang HUT-79 Republik Indonesia
Tidak selamanya kata gelisah itu tidak baik. Tergantung dimana kita meletakkannya. Dulu, kata ini sering dipakai guru kami untuk menumbuhkan sifat cepat tanggap terhadap satu masalah. “Setiap bangun pagi, anda harus selalu gelisah. Hari ini harus berbuat apa,” begitulah kata-kata itu selalu diucapkan tiap meeting, sehingga menjadi wiridan. Gelisah…gelisa…gelisah.
Banyak hal yang terabaikan, karena sikap gelisah itu tidak pernah kita tumbuhkan. Gelisah melihat petani yang tidak kunjung sejahtera, gelisah melihat lahan produktif yang ditidurkan, gelisah melihat harga-harga pangan yang terus merangkak naik, bulan depan, tahun depan, mau makan apa? Gelisah ini penting. Ini urusan perut.
Bung Karno lah salah satunya yang punya rasa gelisah terhadap urusan perut rakyatnya. Di Baranang Siang Bogor, 27 April 1952 ketika Presiden RI pertama itu diminta melakukan peletakan batu pertama pembangunan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia. Pidato yang diakui sendiri bung Karno dalam catatannya sebagai salah satu pidato terpanjangnya itu , ditulis rapi dengan sajian data-data pada zaman itu. Sang Proklamator sengaja menulis pidato itu agar generasi mendatang, masih tetap bisa membaca kegelisahannya. Berikut beberapa potongan pidato nya.
…. Sebab apa yang hendak saya katakan itu, adalah amat penting bagi kita, amat-penting bahkan ”mengenai soal mati-hidupnya” bangsa kita di kemudian hari…
… Oleh karena soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal persediaan makanan rakyat. Cukupkah persediaan makanan rakyat kita di kemudian hari? Kalau tidak, bagaimana caranya menambah persediaan makanan rakyat itu?…
Itulah ketahanan pangan yang sejak dulu sudah digaungkan founding father bangsa ini. Apakah kegelisahan seperti ini masih ada sekarang? Tinggal kita melihat realita yang ada saat ini.
Tulisan ini kami sajikan, untuk menyambut HUT RI ke 79 dan mengingatkan kita semua, akan kecintaan sang Proklamator kepada rakyatnya, yang gelisah terhadap ketersediaan makanan.
“Aku bertanja kepadamu: sedangkan rakjat Indonesia akan mengalami tjelaka, bentjana, malapetaka dalam waktu yang dekat kalau soal makanan rakjat tidak segera dipetjahkan, sedangkan soal persediaan makanan bagi kita adalah soal hidup atau mati”—Soekarno, Institut Pertanian Bogor, 1952.
(paktaniku.com)