Menggali Cuan dari Maggot. Cara Mahasiswa BBK Unair Edukasi Masyarakat Pesisir

Wednesday, 05 February 2025 18:24:08 | 439 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
IMG_20250205_181558

Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya dalam program BBK 5 di Tanjung Widoro mengedukasi warga membudidayakan maggot. Dan membangun kesadaran pentingnya pengelolaan sampah di pesisir. (foto/luthfi-paktaniku)

Wajah Lutfiyah, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Universitas Airlangga ini, semringah. Mulutnya bergerak mengunyah sesuatu. Sambil menelepon orang tuanya, Pepi demikian dia disapa memperlihatkan sesuatu di tangan kanannya ke kamera ponsel. “Ini bah saya makan maggot goreng,” ujarnya tersenyum dan terus menguyah dan tangan kanannya memegang setoples maggot.

Pepi termasuk anak yang masa kecilnya tidak terbiasa dengan makanan-makanan aneh. Melihat ulat bulu pun dia sudah ketakutan. Tetapi memakan maggot, larva dari lalat hijau yang kini banyak dibudidayakan, dia sangat menikmatinya. 

Pepy adalah satu satu dari sekian banyak mahasiswa Unair yang ditugaskan di sejumlah daerah di Jawa Timur dalam program Belajar Bersama Komunitas (BBK) sejak 7 Januari lalu. Mereka dikirim ke berbagai pelosok desa dengan tujuan memahami kebutuhan masyarakat dimana mereka ditugaskan. Para mahasiswa diharapkan dapat membantu masyarakat sesuai keterampilannya masing-masing.  

Lutfhfiyah bersama timnya mendapat lokasi di Kecamatan Bungah tepatnya di daerah Tanjung Widoro , Megare.

 

Tajung Widoro,  sekitar 10 kilometer dari jalan raya Deandels, jalan yang dibangun dengan tenaga kerja paksa pada zaman Kolonial. Berada di pesisir pantai selat Madura, membuat mayoritas masyarakat Desa Tajung Widoro berprofesi sebagai nelayan. 

 

Riset awal yang dilakukan kelompok mahasiswa ini, diketahui jika permasalahan utama masyarakat desa Tanjung Widoro adalah terkait pengolahan sampah. Karena itu kelompok Tajung Widoro I merancang sebuah program kerja bertajuk “Promag: Pelatihan untuk Mendapatkan Profit dari Budidaya Maggot”. 

 

Program kerja Promag ini dirancang agar dapat membuka peluang pemanfaatan maggot dari hulu ke hilir melalui pelatihan budi daya maggot sebagai solusi ramah lingkungan dan sumber pakan alternatif bernilai ekonomi tinggi. 

 

Program kerja “Promag” ini berlangsung pada Kamis (16/1/2025) dan Sabtu (25/1/2025). Peserta terdiri dari nelayan, kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), pemuda desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMD). 

 

Mereka diberikan pelatihan mulai dari pengembangbiakan maggot sejak telur, pemeliharaan maggot, hingga panen dan pengolahan hasil. Tak lupa, masyarakat juga diedukasi bahwa hasil dari budidaya maggot ini dapat dijual dan mendatangkan profit bagi peternaknya. 

 

“Budidaya maggot ini kalau di Tajung Widoro sebenarnya berkontribusi untuk mencegah pencemaran laut dan mengurangi bau tidak sedap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh sampah organik, selain itu, maggot kalau dijadikan pakan ikan juga ikan bisa jauh lebih sehat,” ujar Muhammad Imaduddin, ketua kelompok BBK 5 Tajung Widoro I sekaligus penanggungjawab program “Promag”. 

 

Imaduddin, adalah mahasiswa program studi Ekonomi Islam 2021 Universitas Airlangga. Menurutnya budidaya maggot dapat berdampak pada ekonomi berkelanjutan. 

 

“Program ini untuk meningkatkan kemandirian ekonomi. Maggot yang bisa dijual sebagai pakan ikan, unggas, atau pupuk organik,” jelasnya.

Mahasiswa  BBK 5 Tajung Widoro I berharap masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya pengelolaan sampah organik untuk menjaga kelestarian dan kebersihan laut. Termasuk menangkap peluang ekonomi dari budidaya maggot. 

“Melalui pendekatan praktis dan pelatihan langsung, program ini tidak hanya memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan tetapi juga membuka jalan bagi masyarakat untuk menciptakan usaha baru yang berkelanjutan,” ujarnya.

Diharapkan program ini menjadi perhatian utama agar manfaatnya tidak berhenti setelah BBK usai. Dibutuhkan pendampingan lebih lanjut dari pemerintah desa atau lembaga terkait agar budidaya maggot terus berkembang. Jika dijalankan secara konsisten, program ini dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam mengelola sampah organik secara inovatif sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (pepy/paktaniku)

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini545
  • Kunjungan Hari Ini644
  • Total Pengunjung120898
  • Total Kunjungan131998
  • Pengunjung Online4