Manisnya Jadi Petani Jika Datu Iman – Asse Jadi Bupati. Bincang Bermutu Bersama Cheito Karno

Tuesday, 08 October 2024 22:31:44 | 218 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
Benar kata orang bijak. Bertanyalah pada ahlinya. Jika mau paham bagaimana menjadi petani kelapa sawit dan beternak kambing, tanya dan belajar lah pada ahlinya. Bukan pada yang baru sekadar berencana. Asse adalah pelaku usaha pertanian dan peternakan yang ingin membagi kesuksesannya kepada masyarakat secara gratis. Asse bersama warga diskusi tentang dunia kelapa sawit. (foto/paktaniku)
Benar kata orang bijak. Bertanyalah pada ahlinya. Jika mau paham bagaimana menjadi petani kelapa sawit dan beternak kambing, tanya dan belajar lah pada ahlinya. Bukan pada yang baru sekadar berencana. Asse adalah pelaku usaha pertanian dan peternakan yang ingin membagi kesuksesannya kepada masyarakat secara gratis. Asse bersama warga diskusi tentang dunia kelapa sawit. (foto/paktaniku)

Diskusi dengan Cheito Karno seputar pertanian tidak ada bosan-bosannya. Yang fashion nya bukan petani sekalipun, bisa berubah 180 derajat jika dicerahami Asse—nama kerennya Cheito Karno. Dia mampu menjelaskan secara terperinci, bagaimana memulai bertani, sampai duduk manis menikmati hasilnya. Sangat menggiurkan.

Asse petani boleh dijuluki petani berdasi.  Tak pernah liat kebun, rekeningnya terisi tiap bulan. Yang  masuk tidak sedikit. Sudah Sembilan digit, dan angka di depannya angka besar pula.

Pernah jaya di bidang konstruksi. Lalu jatuh sampai di titik nol. “Di bawahnya nol lagi,” selorohnya. Dari pertanian dia bangkit, merangkak, lalu sukses.

Kesuksesannya inilah yang ingin dia bagikan ke masyarakat Bulungan. Dia punya prinsip membuat masyarakat sukses, tidak akan mengurangi pendapatan bulannya.

Selasa (8/10) , kepada Paktaniku dan beberapa petani sawit, Asse menjelaskan bagaimana program Sawit Mandiri yang dia programkan bersama Datu Iman, calon bupatinya. Program ini akan menggerakkan ekonomi masyarakat sejak bibit kelapa sawit mulai disemai.

Dengan estimasi anggaran Rp50 Miliar setiap tahun untuk sektor pertanian, Asse yakin pertanian akan maju pesat di Bulungan dalam waktu 3 tahun.

Untuk sawit mandiri, tahun pertama, akan mendatangkan 200.000 kecambah sawit unggul. (Asse menyebutkan sebuah badan usaha tersohor sebagai pemasok. Namun karena kode etik, nama badan usaha itu tidak saya cantumkan).

Asse langsung menghubungi sebuah contak di smartponenya. Yang dihubungi adalah bagian penyediaan dan distribusi bibit. Perusahaan itu, tahun ini sudah mendistribusikan kecambah sawit ke 12 provinsi. Dari ujung telpon, yang ditelepon menjelaskan jika bibit kelapa sawit mereka sudah berbuah normal (bukan buah pasir) di usia 24 bulan setelah tanam. Dan proses penyemaiannya memakan waktu 12 bulan.

Kecambah sawit tersebut akan didistribusikan ke desa yang memiliki potensi lahan untuk perkebunan sawit. Disnilah dimulai gerakan ekonomi masyarakat.

“Setiap bibit kita alokasikan dana sebesar Rp40.000,”

“Harga kecambah per biji adalah Rp9.500”

“Di desa, ada yang mengurusinya. Tugasnya menyediakan kebutuhan penyemaian. Kita kasih upah atau keuntungan Rp3.000 per bibit”

“Masih ada sisa Rp27.500 kan?. Ini diserahkan ke kelompok tani atau desa yang akan mengurusi pembuatan media tanam (isi polybag), penyemaian hingga perawatan hingga bibit siap ditanam (12 bulan”

“Alokasikan anggaran pengadaan bibit sebesar Rp8 Miliar per tahun. Tetapi dari Rp8 miliar itu,  ada Rp5,5 Miliar yang berputar langsung di masyarakat sebagai biaya persemaian dan perawatan selama 1 tahun”

Sisanya dari Rp50 Miliar anggaran pertanian buat apa?

“Itu kita gunakan untuk sawah, perternakan dan nelayan serta UMKM,” ujarnya.

Memasuki tahun ke 2 program ini, atau tahun pertama penanaman, Asse mulai mengkalkulasi kebutuhan pupuk. Pemerintah akan membagikan pupuk non subsidi secara gratis kepada petani.

“Kita hitung saja, setiap 3 bulan, satu pohon butuh 1 kilogram urea. Jadi dalam 1 tahun 4 kilogram per pohon”

“Jadi untuk 200.000 pohon sawit butuh sebanyak 800.000 kilogram pupuk (4 kilogram x 200.000 bibit)”

“Itu sama dengan 16.000 sak pupuk”

“Jadi kebutuhan pupuk di tahun pertama adalah Rp 8 miliar”

Pupuk tersebut akan diberikan secara gratis kepada masyarakat selama 2 tahun.

Lalu bagaimana dengan petani kelapa sawit yang sudah terlanjur membuka kebun sawit secara mandiri?

“Pemerintah tetap membantu berupa pupuk non subsidi gratis selama 1 tahun untuk lahan maksimal 5 hektar” ujarnya.

Liau, warga Antutan yang ikut berdiskusi langsung dengan Asse-termasuk salah satu petani yang sudah memiliki lahan kelapa sawit. Dia menanam sawit sejak 6 tahun lalu di atas lahan 12 hektar. Dia mengaku, produksinya sangat rendah karena masalah pupuk. Dari 12 hektar itu, dia baru mendapatkan hasil 2 truk per bulan. Atau sekitar 15 ton.

“Kalau pupuknya cukup, pak Liau bisa dapat 24 ton setiap panen,” ujar Asse.

Komitmen memberikan bantuan pupuk kepada petani seperti Liau ini mendapat respon positif dari petani-petani Kelapa Sawit.

Memang, masalah utama para petani adalah modal untuk membeli pupuk yang belum bisa tertutupi dari hasil panen dan kebutuhan keluarga. Sehingga bantuan pupuk gratis yang berkualitas akan sangat membantu petani.

Inilah manisnya program Sawit Mandiri yang selalu digelorakan Cheito Karno dalam setiap pertemuannya dengan masyarakat. Baik saat silaturahmi maupun saat kampanye mendampingi Calon Bupati Dr Datu Iman Suramenggala, M.Sc. (paktaniku)

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini588
  • Kunjungan Hari Ini687
  • Total Pengunjung120977
  • Total Kunjungan132078
  • Pengunjung Online14