Mahasiswa Universitas Airlangga, mengenalkan Bunga Rosella sebagai tanaman obat pengusir Kolesterol dan Asam urat kepada warga. (foto/luthfy)
Khaila Ayoe, mahasiswi semester akhir Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini agak berbeda dengan kebanyakan kandidat dokter. Dia bersama teman-teman peserta Belajar Bersama Komunitas (BBK) di Tanjung Widoro I Kabupaten Gresik, mengedukasi masyarakat pinggiran untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber obat, guna mengatasi kebanyakan penyakit yang diidap masyarakat setempat.
Bersama rekan-rekan BBK nya, Khaila mengenalkan tanaman Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) , cara budidayanya, pemanfaatannya dan manfaatnya sendiri.
“Kami melihat bahwa banyak masyarakat di sini memiliki riwayat kolesterol tinggi dan asam urat. Daripada hanya mengandalkan obat-obatan kimia, kami ingin mengenalkan solusi alami yang lebih mudah diakses, salah satunya dengan menanam Rosella yang memiliki manfaat kesehatan,” ujar mahasiswa Fakultas Kedokteran itu, seperti dilaporkan Luthfiah Nurafifah peserta BBK dari Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga asal Kalimantan Utara kepada paktaniku.com.
Kegiatan Belajar Bersama Komunitas (BBK) 5 yang digelar Universitas Airlangga pada 7 Januari – 3 Februari 2025 ini, menghadirkan berbagai program kerja yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa.
“Tanam Obat, Tahan Penyakit!”. Demikian kelompok BBK 5 di Tanjung Widoro melabeli kegiatan penanam bunga Rosella sebagai langkah preventif menjaga kesehatan warga desa. Program ini bertujuan untuk memberikan solusi alami bagi masyarakat yang mayoritas mengalami masalah kesehatan seperti kolesterol dan asam urat.
Jumat (26/1/2025) di Taman Werakas, Desa Tajung Widoro sejak pukul 08.00 pagi, masyarakat, terutama para ibu-ibu, mulai berdatangan untuk mengikuti program ini. Mereka diberikan bibit Rosella dan polybag, serta diajarkan cara menanam dan merawat tanaman tersebut agar tumbuh dengan baik. Program ini dirancang agar setiap peserta bisa membawa pulang tanaman Rosella yang sudah ditanam untuk dirawat di rumah masing-masing.
Rosella dikenal sebagai tanaman herbal yang kaya akan antioksidan, terutama antosianin dan flavonoid, yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi peradangan akibat asam urat. Selain itu, Rosella juga dapat diolah menjadi berbagai produk, seperti teh herbal, sirup, hingga selai, yang berpotensi menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
Dalam sesi edukasi, mahasiswa BBK 5 tidak hanya mengajarkan cara menanam dan merawat Rosella, tetapi juga berbagi informasi mengenai cara mengolahnya menjadi teh herbal. Teh Rosella cukup mudah dibuat, yaitu dengan mengeringkan kelopak bunga Rosella, lalu menyeduhnya dengan air panas. Minuman ini memiliki rasa asam menyegarkan dan dapat dikonsumsi secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh.
Antusiasme masyarakat terlihat selama kegiatan berlangsung. Ibu Firo, salah satu peserta program, mengungkapkan bahwa ia sangat senang bisa belajar menanam tanaman herbal yang bermanfaat. “Saya baru tahu kalau Rosella bisa membantu mengatasi kolesterol. Biasanya kalau sakit langsung minum obat dari dokter, tapi sekarang jadi tahu kalau ada cara alami yang lebih sehat,” katanya.
Selain manfaat kesehatan, program ini juga membuka peluang ekonomi bagi warga desa. Jika dibudidayakan dalam jumlah besar, hasil panen Rosella dapat dijual dalam bentuk bahan baku kering atau diolah menjadi produk minuman herbal siap konsumsi. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendapatkan manfaat kesehatan, tetapi juga peluang untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
Mahasiswa BBK 5 berharap bahwa program ini bisa berkelanjutan, sehingga masyarakat semakin sadar akan pentingnya tanaman herbal sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Mereka juga mendorong pemerintah desa dan kelompok tani setempat untuk terus mengembangkan budidaya tanaman obat agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Dengan adanya program “Tanam Obat, Tahan Penyakit!”, Desa Tajung Widoro diharapkan bisa menjadi contoh desa yang memanfaatkan tanaman herbal sebagai bagian dari solusi kesehatan dan ekonomi berkelanjutan. Jika masyarakat terus mengembangkan dan mengoptimalkan manfaat tanaman obat, bukan tidak mungkin desa ini bisa menjadi sentra tanaman herbal yang dikenal lebih luas. (pepy/paktaniku.com)