Motto pembangunan “KALTARA RUMAH KITA” menjadi trending dalam debat kedua calon Gubernur Kalimantan Utara, 21/10. Kaltara Rumah Kita, membuat 51 persen penonton Metro TV menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Dr Yansen TP M.Si – Mayjen (Purn) H Suratno, S.I.P, M.I.Pol.
Berawal dari pertanyaan tentang toleransi, Dr Yansen TP menguraikan garis besar Kaltara Rumah Kita yang memang sudah melekat kepada YTP. Mantan bupati Malinau 2 periode ini juga memperlihatkan sebuah kalung yang kerap dia kenakan dalam berbagai kesempatan.
Kalung dari kerajinan yang memadukan banyak warna itu, ternyata adalah simbol keberagaman dan kebhinekaan. “Ini bukan hiasan. Tetapi saya ingin memperlihatkan bahwa, inilah simbol keberagaman kita,” ujar Yansen TP.
Dalam visi misinya, Yansen TP-Suratno menjlentrehkan Kaltara Rumah Kita dengan cukup rinci.
Kaltara Rumah Kita adalah memadukan semua potensi dan keberagaman yang dimiliki Kaltara.
“Prinsip dasar pembangunan yang benar, adalah setiap orang berada dalam satu gerakan yang sama, dan setiap orang harus merasa memiliki dan setiap orang merasa aman dan nyaman hidup dalam suasana kebersamaan, ” demikian tulis Yansen dalam makna Kaltara rumah kita sebagai bagian dari visi misinya.
Kalimantan Utara tidak hanya menjadi tempat tinggal dan tanah kelahiran. Lebih dari itu, Kaltara menjadi ruang hidup bagi seluruh rakyat dengan segala keberagamannya.
“Kaltara Rumah Kita menampung segala keberagaman suku, etnis, agama, ras, budaya dan segenap latar belakang yang ada. Segala gerak kehidupan, personal dan kemunitas, terlebih pada aspek pembangunan yang dilaksanakan harus benar-benar akomodatif dan mampu mengintegrasikan seluruh kepentingan dengan meningkatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang penuh dengan toleransi dalam kesetaraan mewujudkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,”.
Yansen TP menilai setiap keberagaam yang ada di Kaltara adalah kearifan dan potensi yang harus dikembangkan untuk merawat dan menjaga ke Bhenikaan. “Kalimantan Utara Rumah Kita”. Rakyat yang hidup dalam satu irama dan ritme kepribadian kebangsaan yang kokoh, kekal abadi yang kita dambakan hidup sepanjang masa. “Tidak ada kelompok atau golongan tertentu yang boleh merasa lebih dari yang lain,” ujar Yansen TP. (Paktaniku)