Suasana tenang, dan sejuk di areal Batu Ruyud. (foto/paktaniku)

DR Yansen TP, tidak dapat memisahkan kehidupannya dengan dunia pertanian. Menanggalkan aktifitas politik dan birokrasi, membuat pria yang hobi menulis buku ini, menghabiskan waktunya sepanjang hari, di areal pekebunan. Tidak ada hari tanpa aktifitas di kebun. Entah di Malinau maupun saat di Binuang Krayan Tengah, daerah kelahirannya.

Sama dengan Mantan Kepala badan reserse kriminal Polri Komjen (Purn) Susno Duadji di Dempo Selatan Kota Pagar Alam Sumater Selatan yang mengembangkan kopi, Yansen TP, juga mengembangkan kopi di Binuang.

Bedanya, Komjen Pol Susno Duadji banyak meremajak kopi-kopi tua, sedangkan Yansen TP lebih memperbanyak tanaman baru. 

Ribuan pohon kopi sudah ditanam beberapa tahun lalu. Beberapa diantaranya sudah mulai berbuah. 

“Di sini, jika kreatif masyarakatnya bisa hidup dengan hasil alam. Beras, mereka bisa produksi padi. Butuh gula, mereka bisa buat gula tebu. Kopi apalagi. Semua punya kebun kopi,” ujar Yansen ketika kami sedang menikmati sore dalam balutan hawa dingin di depan tugu batu Ruyud di tengah-tengah areal pertaniannya. 

Di perkebunan Batu Ruyud milik Yansen TP, semua dikelola dengan sistem tradisional dan organik. Tidak ada pupuk kimia apalagi herbisida. Rumput bersih hanya dengan dibabat. Tetapi di sawah, pengolahan sudah menggunakan peralatan moderen seperti traktor. 

Ternak, kerbau, ayam dan bebek dibiarkan lepas bebas di alam. Semua berada dalam satu kawasan. Penjaga kebun, setiap sore memasang pukat di sungai di sisi utara kebun. Ikan-ikan besar untuk konsumsi, dan jika ada ikan-ikan kecil, di masukkan dalam kolam yang mengelilingi rumah yang menjadi kediaman Yansen TP saat berada di Binuang. Semua terawat dan sangat alami. 

Ada yang menarik dari pola pertanian yang dikembangkan YTP. Selain menanam berbagai komoditi, dia juga melestarikan jenis-jenis pohon kayu hutan yang semakin lama semakin sulit di temukan.

Selama 2 malam di Batu Ruyud, lebih dari 100 pohon kayu Pirol (dalam bahasa lokal) di tanam Yansen TP. Kayu ini salah satu jenis pohon yang bahannya sangat kokoh dan banyak dijadikan perabot rumah tangga. 

“Jika umur pajang, 10 tahun lagi kita lihat bagaimana perkembangan pohon ini,” ujar YTP kepada paktaniku.com, sembari memperlihatkan anakan kayu Pirol yang dikumpulkan dari dalam hutan untuk ditanam di areal Batu Ruyud.

Semangat berkebun dan melestarikan hutan, sangat kental dalam diri Yansen TP. Di Malinau di perkebunan miliknya di Bangabak, pohon yang ditanam pun dibiarkan tumbuh sumbur hingga membentuk hutan. Agatis hingga kayu ulin, ditanam secara alami. Itulah tekad yang dibangunnya sejak dulu. Ingin mengembalikan spesies-spesies langka untuk tumbuh kembali di habitatnya.

“Kalau untuk tanaman produktif, punya lokasi sendiri,” .

Lokasi Batu Ruyud, tidak saja dijadikan tempat untuk berkebun. Namun juga dijadikan tempat edukasi bagi masyarakat di Binuang. Setiap berada di Binuang, Yansen TP kerap mengumpulkan warga dan memberi edukasi tentang pertanian.

“Kita harus bisa memotifasi masyarakat untuk bertani. Tidak ada ruginya bertani. Ini investasi jangka panjang. Bertani, badan sehat dan hasil pasti ada. Meskipun kulit sedikit gosong,” ujar Yansen TP sambil tersenyum dan menyeruput kopi manis dengan rebusan singkong hasil tanaman sendiri di teras pendopo Batu Ruyud.

Jika cuaca sedang hujan, di teras itu rumah panggung yang menghadap ke kolam dan areal sawah tempat kerbau-kerbau di merumput, Yansen TP melanjutkan aktifitas menulis buku.

Suasana tenang dan cuaca yang sejuk, membuat banyak penulis-penulis nasional, senang mengunjungi dan menyelesaikan tulisannya di Batu Ruyud. (paktaniku)