Sebuah ikrar menggetarkan jiwa , terungkap dari ketulusan hati, diucapkan lantang Tokoh Masyarakat Tanah Kuning, Ahmad Ali, di depan Pasangan Calon Gubernur Dr Yansen TP, M.Si – Mayjen (Purn) H Suratno, S.I.P, M.I.Pol.
“Kami Bugis, ikhlas mendukung bapak Yansen TP menjadi Gubernur Kaltara. Taro Ada Taro Gau,” ujar Ahmad Ali, lantang di depan warga Tana Kuning yang menyesaki acara kampanye Dr Yansen TP-H Suratno 31/10.

Ungkapan Taro Ada Taro Gau, adalah ikrar dan komitmen warga Suku Bugis dimana pun berada. Ini adalah wejangan leluhur orang Bugis bagi anak cucu keturunannya, agar berperilaku sesuai ucapan dan tindakan.

Wajar jika ikrar ini diungkapkan kepada pasangan calon Gubenur No.Urut 3 ini. Apa yang Yansen TP janjikan untuk membangun Kalimantan Utara dengan membangun rakyat, bukanlah sebuah janji. Tetapi sudah dibuktikan ketika memimpin Kabupaten Malinau.

Kesolidan warga Bugis mendukung pasangan Dr Yansen TP – H Suratno, dibuktikan dengan bergabungnya sejumlah tokoh Bugis Makassar di barisan pemenangan Calon Gubernur nomor urut 3.

Dari kalangan tua, generasi muda hingga generasi milenial, menyatu mendukung pasangan yang mengusung tema pembangunan “Kaltara Rumah Kita”.

Ini menjadi modal besar pasangan ini, memenangkan persaingan di Pilgub 27 November mendatang.

Di kalangan tua, ada sebuah kekecawaan yang mendalam dalam perjalanan pemerintahan Kaltara 3 tahun ini. Seperti diungkapkan H Ismail Malasa, kepada paktaniku beberapa waktu lalu.

“Saya malu sebagai orang Bugis,” ungkap Ismail Malasa kala itu. Dalam wawancaranya, Ismail menyebut banyak hal, yang membuat dia kecewa berat. Dia menyebut sejumlah nama yang menurutnya tidak pantas mendapat perlakuan tidak adil dari pemerintah.

Kekecewaan membuat dia yang juga pimpinan wilayah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memberikan dukungan dan mengusung Dr Yansen TP menjadi Calon Gubernur Kaltara, dan Datu Iman sebagai Calon Bupati di Bulungan.

“Kita sebagai orang Bugis, harus paham filosopi Toddopuli. Jangan hanya bisa bicara toddopuli  tetapi tidak diimplementasikan dalam sikap dan perbuatan,” imbuhnya.

Toddopuli dalam Bahasa Bugis, adalah sebuah simbol keteguhan dalam pendirian dan rela menanggung risiko apapun dari pada lari dari perkataan.

Di kalangan elit, lahir kekecawaan. Sementara di grassroot, tumbuh kepercayaan  terhadap program Dr Yansen TP melalui program dana Rp100 juta per RT, dan program-program pertanian dan perikanan. Diketahui, warga Bugis dan Jawa di Kaltara, sebagian besar berkecimpung di dua sektor ini.  

Begitupun dengan “Kaltara Rumah Kita” sebagai semangat pembangunan yang digelorakan Dr Yansen TP, yang dibukukan dan dicetak dalam dua edisi.

Ini menandakan, komitmen mewujudkan Kaltara Rumah Kita bukanlah janji politik. Buku Kaltara Rumah kita, akan menjadi bukti dan saksi serta tanggung jawab Dr Yansen TP. Inilah membuat keyakinan komitmen Dr Yansen TP terhadap seluruh masyarakat Kaltara, semakin meningkat. 

Yansen TP selalu mengatakan, siapapun yang ada di Kaltara, semua adalah warga Kaltara, yang harus aman, nyaman dan sejahtera secara merata dan nyaman dalam segala perbedaan.

“Itu adalah kekuatan pembangunan yang harus dibangun,” ujarnya. (paktaniku)