Jadi Petani Itu Keren. Bisa Bergaji Minimal Rp 10 juta Per Bulan

Saturday, 03 August 2024 20:18:21 | 150 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
Berkunjung ke Agro Wisata Apung milik Cheito Karno, tidak saja memuaskan mata. Namun disini pengunjung bisa belajar bagaimana pertanian moderen. Seperti dalam foto, deretan pohon durian unggul diselimuti dengan tanaman Aracis Pintoy, tanaman yang berperan sebagai pupuk, karena kemampuannya mengikat nitrogen untuk tanaman utama. (foto/paktaniku)
Berkunjung ke Agro Wisata Apung milik Cheito Karno, tidak saja memuaskan mata. Namun disini pengunjung bisa belajar bagaimana pertanian moderen. Seperti dalam foto, deretan pohon durian unggul diselimuti dengan tanaman Aracis Pintoy, tanaman yang berperan sebagai pupuk, karena kemampuannya mengikat nitrogen untuk tanaman utama. (foto/paktaniku)

Kekuatiran pemerintah akan kekurangan pangan dimasa depan, akibat menurunnya produksi pangan secara nasional, menjadi isu seksi, yang diangkat Cheito Karno dalam silaturahmi dengan warga Bulungan di agro wisata Apung miliknya, Sabtu (3/8) .

Isu kemandirian pangan, adalah isu yang kerap digaungkan pria yang akrab disapa Ashe ini. Baik terkait beras, daging dan telur serta segala bentuk kebutuhan pokok. Ashe yang kini menjadi pioneer perkebunan dan peternakan di Kabupaten Bulungan, mengangkat topik kemandirian pangan, saat menjadi pembicara dalam acara tatap muka dan silaturahmi warga dari seluruh wilayah di Kabupaten Bulungan.  

“Ada sedikitnya, Rp180 Miliar, uang dari masyarakat Bulungan dikeluarkan tiap tahun hanya untuk membeli beras dari Jawa dan Sulawesi,” ujar Ashe membuka inti pembahasannya.

“Yang menikmati uang kita, ya petani di Jawa dan Sulawesi. Coba kalau uang itu untuk membeli beras petani di Bulungan. Pasti semua akan terdampak, bisnis akan hidup, ekonomi akan maju,” lanjutnya Ashe.

Bulungan memiliki potensi pertanian di sepanjang delta kayan. Namun potensi itu tidak dimanfaatkan, sehingga untuk kebutuhan beras pun, Bulungan masih mengadalkan beras dari Sulawesi dan Pulau Jawa. Parahnya lagi, areal sawah menurutnya, tiap tahun makin berkurang. Sementara kebutuhan beras, semakin naik dan harga pun semakin tinggi.

Di kalangan petani Bulungan, Ashe memang sosok yang dianggap bagaikan pahlawan. Lebih dari 10 tahun, dia mendorong petani di sejumlah desa transmigrasi untuk menjadi petani mandiri. Dengan latar belakang sebagai pengusaha, pemikiran-pemikiran Ashe yang terlihat simple, mampu direalisasikan petani. Pengadaan bibit sawit dalam jumlah besar untuk petani di sekitar Tana Kuning, Sajau Pura dan Sajau Hilir 10 tahun lalu, kini sudah dinikmati warga.

Semua itu dilakukan Ashe dengan dana dari kantong pribadinya sendiri. Ini diungkapkan Achmad Ali, yang memberikan testimoninya menanggapi program petani mandiri yang direncanakan Ashe.

Ashe tidak berteori dalam menjelaskan program pertanian. Selain aktif di sejumlah organisasi pertanian, Ashe memang adalah pelaku (petani). Tidak kurang dari 200 hektar lahan sawit miliknya di Kabupaten Bulungan.

Begitupun dengan peternakan. Selain mengurusi organisasi yang menaungi para peternak, Ashe juga memiliki peternakan modern. Dan saat ini menggalakkan kemitraan dengan masyarakat peternak se kabupaten Bulungan.

Ashe memiliki target bagaimana setiap keluarga petani yang jumlahnya 60 persen dari penduduk Kabupaten Bulungan itu, bisa berpenghasilan Rp 10 juta per bulan.

“Itu akan terealisasi, jika seluruh petani menjadi petani mandiri,” ujarnya.

Bagaimana menciptakan petani mandiri dalam pandangan Ashe? Paktaniku.com akan mengulasnya pada edisi berikutnya. (paktaniku.com)

Tag

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini588
  • Kunjungan Hari Ini687
  • Total Pengunjung121324
  • Total Kunjungan132429
  • Pengunjung Online5