Perkembangan ilmu pengetahuan dan keterlibatan pakar di bidang pangan, menjadi salah satu hal yang penting untuk meningkatkan kembali minat masyarakat untuk bertani. Seperti yang dilakukan Prof. Ir. Achmad Subagio, M.Agr. dari Universitas Jember.

Tahun 2004 lalu, guru besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, mulai meneliti tepung singkong dan gaplek, yang selama ini melekat dengan strata kemiskinan. Padahal Indonesia adalah negara penghasil singkong terbesar ke-6 dunia.

Achmad Subagio terinspirasi dari pengolahan kentang di Belanda menjadi beberapa jenis tepung dan pati yang dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai makanan. Dia ingin menjadikan singkong yang merupakan pangan lokal, dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan. Tujuannya untuk mensejahterakan petani singkong.

Dari penelitiannya, kini singkong menjadi makanan sehat yang diminati. Mocaf (Modification Cassava Flour) yang didapatkan dari hasil penelitiannya, ternyata tidak mengadung gluten sehingga aman dikonsumsi bagi penderita penyakit celiac diseas, merupakan penyakit autoimun.

Mocaf juga gampang diperkaya menjadi makanan dengan kadar gizi dan vitamin yang tinggi dengan menambahkan sumber gizi dan vitamin. Tak heran jika saat ini, permintaan  Mocaf di pasar eksport terus meningkat. Mocaf produksi Kelompok Wanita Tani (KWT) di Jawa Tengah tidak saja mengisi pasar domestik. Namun sudah merambah ke pasar eksport. Demikian ditulis dalam laman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.

Banyak kegunaan tepung Mocaf. Selain sebagai bahan baku produk pangan olahan seperti kue kering, brownies, tepung bumbu, camilan, mocaf juga berperan sebagai susbstitusi sebagian penggunaan terigu pada produk mie, roti, kue dan biskuit. Mocaf juga bersifat binder (pengikat antar komposisi sebuah produk), sebagai pengental dan sebagai perenyah pada cemilan.

Banyaknya lahan tidur yang dapat ditanami singkong di Kalimantan Utara, memungkinkan untuk mengembangkan produk ini. Namun karena Mocaf termasuk dalam kategori bahan makanan, yang memiliki standarisasi tinggi untuk bisa diedarkan, peran pemerintah menjadi hal yang sangat dibutuhkan, baik dalam hal perizinan, pembinaan dan pengawasan. (paktaniku)