Tak habis-habis menceritakan dataran tinggi Krayan. Banyak potensi yang bisa digali disini. Berada jauh di ujung negeri dan menjadi perbatasan dengan Malaysia tidak membatasi kreatifitas warga nya untuk menghasilkan produk-produk unggul. Kali ini paktaniku.com mengulas produk olahan dari Krayan yang bisa dikembangkan.
Pertama adalah tebu. Gula ini diproduksi dari bahan baku tebu yang tumbuh subur di Krayan tanpa penggunaan pupuk kimia, menjadikan gula ini dilabeli gula tebu organik. Warnanya kecoklatan dan berbentuk Kristal-kristal kecil yang lembut. Brown Sugar Organik. Dikemas dalam kemasan 1.000 gram, memberikan rasa khas jika dijadikan penambah rasa manis untuk minuman seperti kopi.
Agar bisa bersaing dengan pemanis sejenis produksi pabrikan, Brown Sugar Organik ini harusnya ditangkap para pelaku usaha cafe untuk menyajikan racikan kopi khas dengan pemanis gula organik. Atau dengan menyediakan dalam kemasan yang lebih kecil lagi untuk dijual kembali.
Begitupun dengan kopi asli Krayan. Dataran tinggi Krayan diyakini dapat menghasilkan kopi dengan kualitas terbaik. Sama halnya dengan kopi asli Toraja yang dihasilkan dari daerah pengunungan dengan suhu dingin. Krayan juga punya potensi menghasilkan kopi yang bisa disandingkan dengan Kopi Asli Toraja.
Dan yang terakhir adalah Garam Krayan. Garam ini sangat unik, bahkan beberapa orang mengatakan, khasiat garam ini tidak berbeda dengan Garam dari Himalaya yang terkenal itu. Bisa saja demikian, mengingat Garam Krayan juga bukanlah garam yang diproduksi dari lautan, melaikan Garam yang diproduksi oleh alam di atas gunung.
JIka tiga bahan asli dari alam Krayan ini saja bisa dijadikan ikon dalam usaha restoran misalnya maka salah satu potensi lokal bisa dikembangkan secara berkelanjutan. Dan potensi lokal seperti ini punya kekuatan brand yang bagus, tinggal mengolahnya saja.
Mengutip statemen Ketua Ikatan Cendekiawan Dayak seluruh Indonesia ketika bicara tentang potensi lokal masyarakat Kaltara di depan rumpun Murut Indonesia-Malaysia di Lumbis baru-baru ini . “Kaltara harus kuat dengan potensi lokal. Jangan bangga jika kita masih menggunakan produk dari luar, sementara kita sendiri mampu membuatnya,” demikian diungkapkan Yansen TP. (paktaniku)