Selain isu pangan yang menjadi masalah nasional, isu lain seputar pertanian, adalah menurunnya angka petani apalagi generasi muda yang bekerja di sektor ini. Stigma penghasilan kecil dan tidak bergengsi, menjadi faktor menurunnya ketertarikan generasi milenial untuk berkarya di sektor pertanian.
Namun itu, bisa teratasi dengan konsep pertanian yang disodorkan DR Datu Iman Suramenggala, S.Hut.M.Sc dan Cheito Karno (Ashe) dalam silaturahmi petani di Agro Wisata Apung, Sabtu (3/8) kemarin. Datu Iman, demikian sapaana keren pria yang mengakhiri statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemprov Kaltara tahun ini lewat pensiun dini, memberikan berbagai pemikirannya tentang potensi pertanian, strategi meningkatkan hasil pertanian dan membuat pertanian menarik bagi semua orang.
Doktor alumni kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) dengan predikat cumlaude ini, mengatakan, salah satunya adalah akses untuk mengangkut hasil-hasil pertanian harus menjadi prioritas agar pertanian maju. Jalan penghubung antar desa, jalan usaha tani harus dibuat nyaman buat petani, dalam memobilisai hasil pertanian ke pasar.
Datu Iman Suramenggala adalah anak dari pasangan H Datu Rakhmatsyah Trenggana dan Hj Pegian Intan Ratna dari Kesultanan Bulungan ini, paham betul tentang persoalan masyarakat yang jauh dari perkotaan. Sejak tahun 1998, dia sudah menjadi pendamping masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, melalui Yayasan Pionir Bulungan yang dia dirikan.
“Potensi pertanian kita itu sangat besar. Bayangkan saja uang dari kantong masyarakat Kaltara, totalnya hingga Rp 7 Triulin per tahun dibelanjakan untuk membeli beras dari Jawa dan Sulawesi. Padahal di Bulungan ini, potensi sawah sangat besar. Kenapa potensi ini tidak digarap selama ini,” jelasnya.
Datu Iman, memberikan gambaran, bagaimana makmurnya Bulungan, jika dana masyarakat Kaltara untuk memenuhi kebutuhan beras itu direbut oleh petani di Bulungan. Dan bukan hal yang tidak mungkin pemikiran Datu Iman ini bisa direalisasikan di Bulungan. Daerah ini memiliki lahan sawah yang sangat luas, sumber air yang stabil sepanjang tahun. Berbeda dengan kondisi sawah-sawah di pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Selain komunitas petani, acara silaturahmi ini juga dihadiri kumpulan ibu-ibu dari kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bulungan yang sering menjadi delegasi-delegasi Kabupaten Bulungan dalam mengenalkan produk-produk lokal Bulungan dalam berbagai pameran baik di Kaltara maupun secara nasional.
Paparan Datu Iman ini menguatkan target yang dicita-citakan Cheito Karno. Menciptakan petani mandiri di Kabupaten Bulungan dengan target pendapatan bersih minimal Rp10 juta perbulan. Angka ini tiga kali lipat dari Upah Minium Kabupaten (UMK) yang ditetapkan pemerintah Kabupaten Bulungan tahun 2024 sebesar Rp 3,4 juta.
Paparan kedua tokoh ini tentang pertanian, cukup realistis. Petani mandiri yang berpenghasilan tetap, menjadi harapan baru bagi warga Bulungan. Menurut data 60 persen penduduk Bulungan berprofesi sebagai petani. Dengan lahan pertain yang luas, iklim yang mendukung, konsep ini meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bulungan. Delta Kayan di Bulungan dapat menjadi penyanggah pangan untuk Kaltara hingga ke Ibu Kota Nusantara (IKN). (paktaniku.com)