Anda sering menonton video unboxing durian-durian premium dari Thailand dan sebagaian daerah di Indonesia? Kulit berdurinya gampang terbelah, daging buahnya mencolok, keriput dagingnya super tebal, membuat kita terkesima menelan air liur. Banyak yang tergoda bertanam durian setelah melihat video-video tersebut. Apalagi di Kaltara memang kampung durian yang sejak dulu terkenal.
Tetapi jangan salah, dalam menanam durian dan menghasilkan buah premium, butuh ketelatenan. Faktor unsur hara tanah memegang peranan penting untuk menghasilkan buah premium. Durian Kaltara dan Pulau Kundur, meskipun berasal dari indukan yang sama belum menghasilkan buah yang sama. Tetapi ingat, Kaltara juga adalah daerah penghasil durian yang cukup baik.
Berikut paktaniku.com menyadur hasil diskusi disalah salah satu forum pencinta durian Indonesia dipandu salah seorang pakar durian ternama. Semoga dapat menjadi referensi bagi para penggiat tanaman durian untuk terus meningkatkan kualitas produksinya.
Unsur N (Nitrogen) dan P (Pospor) dalam tanah, menjadi penanggung jawab terhadap terbentuknya protein, polisakarida, lemak dan asam nukleat. Nitrogen tinggi sangat dibutuhkan di awal tanam atau masa pertumbuhan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru.
Sedangkan unsur P adalah hara yang dapat memproduksi tenaga atau adenosin trifosfat (ATP) sebagai sumber energi. Karenanya pada saat inisiasi bunga diperlukan unsur P yang lebih dari unsur lainnya, karena unsur ini diperlukan sebagai sumber energi saat inisiasi buah hingga masa pematangan buah.
Ada juga unsur Mangenisium (Mg). Magnesium dibutuhkan dalam jumlah besar untuk meningkatn pigmen fotosintesis dan mengurangi penyakit kuning pada tanaman.
Dan untuk rasa buah, tanaman perlu mengolah karbohidrat dan gula. Hara yang bertugas mengolah dan menghasilkan rasa buah adalah unsur P (Pospor) , serta K (kalium) untuk meningkatkan kualitas daging buah seperti aroma dan rasa.
Banyak factor yang menyebabkan berbeda-bedanya rasa dan kualitas buah dari satu tempat dengan tempat lain. Jenis boleh sama, namun nutrisi hara dalam tanah sangat menentukan kualitas buah.
Selain itu, di lahan-lahan pertanian, penggunaan pestisida dan bahan kimia anorganik dalam waktu lama, telah meninggalkan residu-residu yang bersifat racun dalam tanah. Ini juga menjadi penyebab menurunnya kualitas buah jika tidak dijaga secara konsisten.
Buah sekarang ini berbeda jauh dengan buah-buahan jaman dulu atau buah yang didapatkan dari dalam hutan yang tidak terkontaminasi bahan-bahan kimia. Tanaman yang tumbuh di hutan, tidak pernah diberi nutrisi, namun tetap subur bahkan tanpa penyakit.
Sementara tanaman yang kita rawat selalu dihadapkan pada munculnya banyak penyakit tanaman.
Dulu tanaman pisang, tanaman sejuta ummat, tidak pernah terkena layu fusarium. Tetapi sekarang, satu hamparan bisa hancur dengan penyakit fusarium? Mengapa demikian? Karena kontaminasi terhadap bahan-bahan kimia yang tersisa menjadi residu dalam tanah menjadi salah satu penyebab banyaknya penyakit tanaman yang muncul. Lalu bagaimana solusinya? Nantikan edisi berikutnya. (paktaniku)