Baru saja semangat bertani, atau tepatnya menggairahkan pertanian mulai tumbuh lagi, sejak Presiden Prabowo Subianto lugas memberikan dukungan untuk sektor pangan nasional, dunia pertanian sudah dihadapkan tantangan. Pupuk palsu beredar luas di masyarakat dan menyebabkan kerugian petani hingga triliunan rupiah.
Itu diungkap bukan makelar pupuk. Tetapi Menteri Amran Suleman yang sering meledak-ledak jika bicara petani. Amran memang sering muncul mendadak di tengah petani dan pedagang.
Pupuk palsu itu jelas ada. Tidak mungkin sekelas meteri menjual statemen receh. Coba saja masuk ke salah satu toko pertanian, dan menanyakan salah satu jenis pupuk yang populer, maka setidaknya ada 2 atau tidak jenis pupuk yang akan ditawarkan.
“Mau NPK ini atau yang import?,” begitulah kira-kira. Jenis dan harga meski satu jenis akan berbeda sangat jauh.
Ini tantangan pertama mereka yang baru mencoba peruntungan di dunia pertanian. Ada mahluk tak kasat mata yang membuat masalah.
Sementara, petani kita pada umumnya baik yang baru apalagi lah yang tradisional, sudah terdoktrin bahwa pupuk itu adalah kemasan karungan, berbentuk butir-butir (granula) aneka warna, digunakan dengan cara ditabur di sekitar tananam atau yang berbentuk tepung bisa disemprotkan.
Itu sudah terpatri bahkan hampir menjadi ilmu turun temurun di keluarga para petani.
Tetapi Dunia berubah cepat. Dunia pertanian bak lautan tak bertepi. Ilmuan, praktisi terus membuat inovasi menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas. Mulai dari mempelajari kondisi alam (hutan) yang mampu menumbuhkan aneka macam tananam tanpa serangan hama dalam jangka panjang, hingga mempelajari tanah-tanah pertanian yang semakin hari-semakin menurun kesuburannya.
Ya, pupuk sintesis terbukti menyebabkan penurunan daya dukung lahan pertanian.
Ilmu organik yang dikenal sejak tanam-menanam dikenal manusia 5000 tahun lalu, dimodifikasi sesuai kemajuan zaman. Tujuannya, pertanian bisa berumur panjang dan kembali kepada cara-cara alami dengan bersahabat tanpa harus merusak alam.
Bagi milenial dan generasi Z yang fobia dengan kata PETANI, lebih bisa menerima cara bertani yang alami.
Di Kaltara, satu dari sekian banyak produk alami yang kini merambah pasar dengan penetrasi yang baik, adalah PT Pupuk Kuantum Siliwangi Nusantara (KSN). Dimotori oleh seorang pengusaha muda asal Tarakan H Bustang, SE, produk yang mengenalkan tekonologi nano mengusung tagline one for all, one fertilizer for all plants (satu untuk semua, satu pupuk untuk semua jenis tanaman).
Untuk mendukung program swasembada pangan sesuai kebijakan priseden Prabowo Subianto, H Bustang SE, rela mendatangkan pakar sekaligus penemu nano teknologi ini ke Kaltara serta memboyong perangkat produksi pupun nano teknologi yang dikenal dengan nama pupuk Kuantum Siliwangi Nusanta (KSN).
Bagaimana model dan aplikasi serta hasil dari penggunaan pupuk KSN?
Selain telah diaplikasikan sejumlah petani sawit, buah-buahan dan hortikultura, pupuk KSN juga telah diaplikasikan dan diujicoba penggunaannya di lahan kebun jagung yang dikelola langsung oleh tim paktaniku.com di Kota Tarakan.
Paktaniku.com akan senantiasa memberikan update cara dan pengaplikasian dengan hasil penggunaan pupuk KSN ini dari awal penggunaan hingga panen. (bersambung)