Singkong (Manihot esculenta Crantz) atau cassava dalam Bahasa Iggris, salah satu komoditi yang dapat subur di seluruh wilayah Indonesia. Mudahnya menanam singkong sampai dikatakan tongkat kayu dilempar, tumbuh jadi tanaman.
Singkong menjadi salah satu pangan khas Indonesia dan menjadi salah satu kearifan lokal, termasuk Kalimantan Utara. Komoditi ini menjadi cadangan pangan dan menjadi sumber pendapatan yang tinggi, jika kasta singkong naikkan.
Di Kalimantan Utara, kebutuhan singkong cukup besar. Sayangnya, singkong yang diserap pasar dan industri makanan di sini, adalah singkong dari pulau Jawa. Sementara singkong produksi petani lokal, hanya menjadi singkong goreng. Paling keren menjadi singkong krispy atau tela-tela dengan kebutuhan sangat kecil.
Terbuka peluang besar untuk budidaya singkong menjadi Tepung Tapioka dan Tepung Mocaf. Tahun 2016 kebutuhan tepung tapioka Indonesia mencapai 3,09 juta ton. Dan Indonesia di tahun itu harus mengimpor sebanyak 939,58 ribu ton. Dari tahun ke tahun, kebutuhan tepung tapioka secara nasional terus tumbuh seiring dengan bertambahkan jumlah penduduk.
Singkong adalah tanaman yang sangat produktif. 1 Batang singkong bisa menghasilkan umbi sebanyak 7 kilogram. Sehingga dalam 1 hektarnya, singkong dapat menghasilkan 35 ton. Untuk beberapa jenis Singkong produksinya, bahkan bisa lebih banyak.
1 ton singkong jika diolah menjadi tepung tapioka menghasilkan 250 kilogram tapioka dan 110 onggok (ampas) singkong yang dapat diolah menjadi pakan ternak.
Salah satu produk turunan singkong adalah tepung tapioca yang banyak digunakan dalam pembuatan makanan. Yang paling sering dikonsumsi ada kue dan pentolan bakso. Setiap biji pentolan bakso yang anda makan, dibentuk menjadi bulat dan kenyal karena adanya tepung tapioka. Setiap gram pentolan bakso terbentuk dari adonan daging dan tepung tapioka, dengan persentase 40-50 persennya adalah tapioka.
Selain tapioka, Mocaf (Modified Cassava Flour) adalah produk lain turunan dari singkong. Dari namanya Mocaf adalah tepung singkong yang dihasilkan dari proses modifikasi (difermentasi). Modaf memiliki tekstur yang lebih halus,warnanya lebih putih, mengandung lebih sedikit gula dibanding terigu sehingga aman untuk dikonsumsi penderita diabetes.
Tapioka dihasilkan dari proses pencucian sebelum pengeringan, sedangkan mocaf diproses dengan fermentasi atau perendaman sebelum penggilingan dan pengeringan
Produk Mocaf memiliki peluang pasar yang jauh lebih besar. Di Jawa Tengah, produksi Mocaf rumahan sudah mampu menembus pasar ekspor.
Bagaimana perbedaan harga singkong menjadi tapioka dan mocaf? Harga singkong termahal rata-rata Rp6.000 per kilogram, ketika berubah menjadi tepung Tapioka harganya menjadi Rp24.000 per kilogram dan jika dalam bentuk Mocaf harganya menjadi Rp36.000 per kilogram.
Selain selisih harga, singkong yang sudah diubah menjadi Tapioka dan Mocaf memiliki masa kedaluwarsa yang panjang. Jika disimpan secara tepat, Mocaf dan Tapioka bisa bertahan hingga 12 bulan. Bayangkan dengan singkong mentah hanya bertahan beberapa hari saja.
Peluang ini tentu menarik dan menjanjikan untuk untuk menghidupkan lahan-lahan tidur. Di Kaltara sangat mungkin untuk dikembangkan, apalagi dengan terbangunnya pelabuhan di Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Tana Kuning. Akses untuk mengirim produk lokal ke pasar ekspor menjadi semakin mudah.
Tinggal yang ditunggu, adalah adakah dukungan, komitmen serta interpensi kepala derah untuk melindungi produk lokal. Harus ada kiat-kiat berani pemimpin daerah untuk mengangkat dan membuat kekuatan ekonomi lokal. (paktaniku.com)