Belajar Makan Garam.

Sunday, 22 June 2025 09:22:49 | 512 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
DR Yansen TP mengeksplorasi teknik budidaya Vanili hingga melakukan polinasi bunga-bunga Vanili di kebun milik Jen Alang, warga Krayan yang sudah menikmati harumnya penghasilan dari budidaya Vanili. (foto/paktaniku)
DR Yansen TP mengeksplorasi teknik budidaya Vanili hingga melakukan polinasi bunga-bunga Vanili di kebun milik Jen Alang, warga Krayan yang sudah menikmati harumnya penghasilan dari budidaya Vanili. (foto/paktaniku)

Sorles, wanita kelahiran 1975 bersama anaknya mendapat giliran memproduksi garam, ketika kami berkunjung ke gudang garam, di Long Midang. Dia sedang menyulut kayu ke dalam tungku di dalam bangunan berbentuk persegi panjang, dibagi tiga petak.

Tiap-tiap petak, diletakkan tungku untuk memasak air garam. Di atasnya panci besi seukuran drum 100 liter dibelah dua, sebagai wadah merebus air garam. Disisi lain petak, dibuat dipan-dipan kayu berlapis tikar sebagai tempat istirahat para pembuat garam.

Tiga keluarga yang sedang membuat garam, semuanya wanita. Suami-suami mereka sedang pergi mengumpulkan kayu bakar. Kayu bakar menjadi sangat penting. Karena lama tidaknya memproduksi garam tergantung pada stok kayu bakarnya.

Garam Krayan diproduksi dengan cara penguapan sederhana. Panci-panci dari drum itu diisi masing-masing 4-5 lima ember air. Dididihkan terus menerus selama 24 jam, hingga uap airnya habis dan menyisahkan kristal garam.

Dari tiga tungku, rata-rata mereka menghasilkan 11-13 kilogram garam. Kristal garam yang tersisa dari proses perebusan itu, lalu di dinginkan dan dijemur beberapa jam agar benar-benar kering sebelum pengemasan.

Dikemas dengan sangat sederhana dalam kantong-kantong plastic. Dijual seharga Rp55 ribu per kilo di lokasi pembuatannya. Garam ini sudah menjadi komoditi yang diperdagangkan masyarakat Krayan sejak dulu.

Di salah satu marketplace, sebuah toko yang berlokasi di Jakarta timur, menawarkan garam Krayan seharga Rp85.000 per 100 gram (Rp850.000 per kilogramnya)

Garam Krayan sudah dikenal khasiat dan manfaatnya. Tidak ubahnya dengan Garam Himalaya. Sayangnya di pasaran Garam Himalaya sudah banyak yang dipalsukan. Tidak menutup kemungkinan, besarnya keuntungan yang bisa diraup dari Garam Krayan oleh para pedagang, bisa saja menjadi cela membuat Garam Krayan palsu.

MASALAH DI BANDARA

Beberapa tahun lalu, ketika berada di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, seorang kenalan yang sedang transit menuju ke Jakarta, bercerita jika ole-ole garam Krayan yang dia bawa ditahan petugas bandara. Alasannya, mencurigakan.

Garam Krayan yang diperoleh dari Gudang Garam di sejumlah tempat di Krayan memang masih dikemas sangat sederhana. Selain menggunakan plastik, ada juga yang dikemas dibungkus daun. Di tangan para pedagang di luar Krayan lah, garam-garam ini kemudian dikemas lebih rapi dan diberi label sesuai keinginan penjualnya.

Jika dari Krayan sendiri, garam-garam ini sudah dikemas rapi dan siap dipasarkan dengan label yang resmi, mungkin saja tidak akan ada lagi garam Krayan yang disoal ketika melewati bandara di setiap daerah.

Krayan banyak menyimpan keunikan. Tidak hanya Garam, padi dan kerbaunya. Masih banyak potensi lokal yang hanya bisa ditemui di Krayan. Buah-buahan lokal baik dari hutan maupun budidaya, tanaman-tanaman obat herbal alam yang sangat paten, dan hanya ada di Krayan pun masih tersedia sangat banyak. Itu semua dapat menjadi potensi wisata, jika akses ke Krayan terbuka dengan baik.

Gambaran Gram Krayan ini adalah salah satu contoh dari banyak komoditi hasil pertanian yang dihargai sangat murah di tingkat petani. Tetapi ketika berada di tingkat pedagang, menjadi sangat mahal.

Jika ditingkat petani, penjualan produk masih mengandalkan pada penjualan bahan baku, maka sulit  untuk mendapatkan petani yang sejahtera. Mereka hanya menjadi pemasok bahan baku untuk dinikmati pihak lain.

Untuk mensejahterakan petani, tugas berat pemerintah adalah mendekatkan hilirisasi produk pertanian ke petaninya. Minimal pada pengolahan barang setengah jadi. Pertanian tidak sekadar memberi bantuan pupuk saja. Petani punya masalah sampai pada tingkat pasar dan konsumen.  Apalagi daerah Krayan yang cukup terisolir.

Mengangkut hasil pertanian ke pasar, menjadi sebuah tantangan sangat besar, yang tidak terselesaikan sejak adanya Krayan hingga saat ini. Bagaimana dengan Nenas Krayan, Beras Adan, Kopi Krayan dan Vanili ke depannya? Saat ini masyarakat Krayan sedang gencar-gencarnya meningkatkan produksi beberapa komoditi pertanian. Kopi dan Vanili dalam produksi besar akan muncul dari Krayan dalam beberapa tahun ke depan.

Krayan kaya, dan bisa mandiri dengan hasil pertaniannya, jika daerah ini tidak terisolasi. (gun/paktaniku)

 

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini420
  • Kunjungan Hari Ini516
  • Total Pengunjung120774
  • Total Kunjungan131870
  • Pengunjung Online1