Ini memang durian asli. Manis rasanya, lembut dagingnya, aromanya tajam khas. Daging nya tipis namun keriput dan warnanya sangat menggoda. Inilah durian merah, utok. Pertemuanku dengan si Utok secara langsung mengobati keraguan setelah mendengar banyak pengakuan tentang durian merah. Ada yang mengatakan tidak enak lah. Bisanya dijadikan sayur lah, sampai ada yang mengatakan rasanya bukan seperti durian, tetapi lebih mirip ubi.
Semua terbantahkan setelah saya sendiri yang membuka duriannya, mencicipinya dan menikmati rasanya. Meskipun hanya mendapatkan satu butir saja.
Untuk dapat menyicipi sebutir durian merah dan mematahkan semua keraguan ini, saya rela menempuh perjalanan Tanjung Selor ke Lumbis. Pukul 07.05 Wita saya berangkat dari Tanjung Selor dan tiba di Mansalong pukul 16.00 Wita. Setelah sempat istirahat di Malinau.
Rudi, orang pertama yang mengenalkan durian merah ini mengantarkan saya, sebutir durian merah yang jatuh pada pagi harinya. “Agak susah memang. Karena disini juga orang berebut, “ ujarnya.
Itupun jumlah pohonnya tidak banyak.
Rasa, aroma dan cirinya memang sama dengan durian pada umumnya. Beda dengan Durian Lai yang memang memiliki ciri yang tidak sama dengan Durian umumnya.
Soal rasa, durian merah ini manis. Namun manis nya tidak terlalu manis. Ujung rasa sedikit memberikan kesan agak aneh dan sedikit hampir pahit. Dagingnya tipis dengan biji besar khas durian hutan.
Ukuran buah tidak terlalu besar. Paling maksimal hanya sekitar 2 kilogram saja. Yang mencolok dari durian ini tidak lain adalah warna dagingnya yang merah. Semoga saja, durian ini bisa bertahan agar kedepan ada yang bisa membuat persilangan dengan durian lain agar mendapatkan jenis baru yang mungkin akan lebih baik soal rasa, dan tentu warna yang berbeda dari durian umumnya.
Video-video durian merah bisa ditonton di Instagram : paktani.ku. (paktaniku)