Masalah pertanian, sudah tidak bisa ditawarkan lagi dalam tataran konsep saja. Sejak merdeka, Indonesia sudah berlabel negara agraris. Konsep pertaniannya sudah jadi warisan. Tetapi nyatanya, konsep itu tidak mampu mengembalikan kemandirian pangan.
Butuh aksi nyata dan semangat baru untuk pertanian. Kalau pemimpin? Tinggal dilihat, apakah pemimpin baru datang dengan cara baru atau pola lama, atau justru pemimpin lama muncul dengan pola baru atau tetap bertahan pada pola lama?
Jika pemimpin (kepala daerah), masih hanya berpikir bagaimana bisa selfi di tengah sawah atau hadir saat panen raya, itu sudah pola lama. Istilah presiden Jokowi, warisan kolonialisme.
Sekarang ini, pertanian sudah harus dipikirkan cara pandang baru. Dengan cara-cara antimainstream. Mengikuti perkembangan zaman, menyelesaikan masalah petani dari hulu ke hilir.
Ada satu pendekatan baru yang dilakukan salah seorang tokoh petani di Bulungan yang berbeda dari kebanyakan. Cheito Karno. Dia langsung menawarkan pendapatan petani per bulan Rp10 juta. Luar biasa. Sulit diterima akal.
Salah seorang aktifis sebuah satu organisasi kepemudaan di Tanjung Selor saat menerima share whatsaap tentang program yang ditawarkan Cheito Karno itu, sama dengan kebanyak orang. Menganggap hal itu mustahil direalisasikan. Tetapi cobalah duduk dan berdiskusi dengan si pemilik ide brilian ini.
Ashe, sapaan akrabnya, dengan sangat lancar menjlentrehkan itu dengan gamblang.
“Begini, 1 kepala keluarga punya lahan 5 hektar. Kita suruh tanam sawit. Bibitnya dibantu, penanamannya dipandu, pupuknya dibantu selama 2 tahun. Di tahun ke-3 Sawit itu mulai berbuah pasir.
1 hektar sawit dengan 130 pohon bisa menghasilkan 2 ton sawit. Jadi 5 hektar bisa menghasilkan 10 ton. Harga sawit Rp2.400 per kilogram. Hasilnya Rp 24 juta. Uang sebanyak itu dibagi dua. Rp 14 juta buat membeli pupuk untuk tahun ke 3. Sisanya Rp 10 jadi tabungan,” paparnya.
Semakin berumur, produksi kelapa sawit per hektar per bulan akan semakin naik. Ashe yakin, jika setiap desa saja memaksimalkan lahan-lahan milik warga yang ada untuk kebun kelapa sawit, maka pertumbuhan ekonomi di Bulungan, dalam 3 tahun akan melonjak. “3 Tahun saja, program sawit mandiri itu akan kelihatan hasilnya,” jelas Ashe. (paktaniku.com)