Perjalanan paktaniku.com mengeksplorasi pertanian di Kaltara, mengantarkan pada sebuah kesimpulan. Petani kita belum merdeka. Mereka masih kesulitan memasarkan hasil pertania, belum merdeka dalam harga, bahwa terjajah dalam kualitas. Akibatnya berminat menambah produksi menurun, apalagi memperluas lahan pertanian.?
Kemeriahan perayaan Dirgahayu ke-79 Republik Indonesia, besok sudah akan tenggelam. 10 hari kedepan, obralan akan diwawrnai pendaftaran calon kepala daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Wakil Bupati dan Walikota Wakil Walikota.
Tak sabar rasanya ingin melihat siapa calon-calon di Kalimantan Utara di semua tingkatan yang akan lolos menjadi peserta pemilukada. Lebih tidak sabar lagi ingin melihat apa yang mereka tawarkan untuk kemerdekaan petani. Untuk kemerdekaan pangan di bagi masyarakat Kaltara.
Apa tawaran, rencana dan konsep dalam urusan pangan. Urusan pertanian tidak bisa dianggap sederhana. “Kita tidak bisa berjalan biasa. Kita harus berlari mengejar ketertinggalan,” ungkapan ini sering dilontarkan Alm Dr H Jusuf SK, ketika membenahi Kota Tarakan. Adakah nanti calon-calon kepala daerah yang memiliki ide berlari menuju kemandirian pangan?
Kita berharap, lahir pemimpin-pemimpin baru yang inovatif untuk urusan Pertanian. Pertanian adalah masa depan. Batu Bara, Emas dan lainnya akan ditinggalkan, akan habis. Pertanian tidak akan punah asalkan kebijakannya tepat, langkahnya benar, bukan sekadar konsep tanpa aksi nyata.
Petani Kaltara harus merdeka. Merdeka meningkatkan produksi, merdeka menjual hasilnya dan menjadi penguasa pasar di daerahnya sendiri. (paktaniku.com)