Pada edisi sebelumnya, paktaniku.com mengangkat pesona Lai, si Durian Kuning yang berpotensi dikembangkan. Rasa manis dan sedikit berserat dengan aroma tidak setajam Durian. Aromanya yang tidak tajam itu, diperkirakan akan lebih dapat diterima selera wisatawan mancanegara, yang kurang senang dengan tajamnya aroma Durian. Pandangan ini dikirimkan Ir Subono Samsudi, MT merespon tulisan paktaniku.com edisi sebelumnya. Dia adalah pakar lingkungan yang telah mengakhiri masa tugasnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemkot Kota Tarakan.
Hari ini kita bicara bukan Lai lagi. Namun rekan nya yang tak kalah mencolok. Dia adalah si Utok. Durian dengan ciri khas warna merah merona dari Lumbis Ogong. Mendapatkan durian merah ini, jauh lebih sulit ketimbang Lai. Itu karena populasinya tidak banyak. Untuk mendapatkannya mesti harus datang ke Tanah Kelahirannya yang kebanyak di daerah-daerah hulu sungai Kayan atau jika beruntung memesan kepada pemilik pohonnya untuk dikirimkan.
Dodi Irvan, salah seorang rekan jurnalis, mengakui pernah merasakan durian jenis ini di daerah Long Peso. Paktaniku, pun belum bisa memberikan review rasa durian ini. Hanya memberikan gambaran si Utok yang warnanya merah merona seperti gadis bergincu merah.
Dari postur buahnya, Durian merah hampir-hampir mirip dengan postur Musangking. Sedikit lebih lonjong dengan duri-duri yang tebal. Kulit luar tebal, dominan warna hijau, khas durian hutan.
Rudi warga Desa Sinampila 1, menyebutkan Durian Merah ini konon dulunya ditanam oleh kakeknya. Berada di kebun pinggir sungai. Dari postur tanamannya, mungkin jenis ini sudah puluhan tahun.
Pengalaman paktaniku dalam menangkarkan biji durian asli Kalimantan Utara seperti ini, lebih mudah dan cepat beradaptasi. Serangan hama juga jarang terjadi. Berbeda dengan bibit-bibit durian unggul dari luar, yang memang harus dirawat secara intensif.
Semoga saja, durian merah ini dapat dijaga keberadaannya dan dikembangkan menjadi durian unggul. (paktaniku)