Kiprah Anak Krayan di Luar Daerah, Lasung Bangun Kandang Moderen di Sabah

Wednesday, 24 July 2024 09:50:41 | 607 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
Lasung bersama putranya Noel, di lokasi kandang system closed house dua tingkat yang sedang dikebut pengerjaannya. (dok/Lasung)
Lasung bersama putranya Noel, di lokasi kandang system closed house dua tingkat yang sedang dikebut pengerjaannya. (dok/Lasung)

Dunia pertanian bagaikan laut tak bertepi. Demikian ungkapan para penggiat petertanian, menggambarkan begitu luasnya dunia pertanian. Baik itu bidang perkebunan, peternakan, maupun perikanan. Luasnya dalam hal potensi, apalagi soal inovasi teknologi. Pesatnya perkembangan bidang Informasi Teknologi (IT), begitulah juga majunya teknologi di bidang pertanian.

Tujuannya bagaimana menciptakan pertanian agar bertani menjadi menyenangkan, lebih produktif dan lebih efektif.

Apalagi dengan semakin banyaknya penduduk dunia yang butuh makan. Tentu sektor ini semakin penting.

Inilah yang dilirik Joslasver Rining, pria kelahiran Long Bawan Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan. Dia saat ini sedang mengembangkan bisnis peternakan moderen. Dia membangun peternakan ayam broiler atau ayam pedaging dengan menerapkan teknologi modern.

Mengadopsi kandang system tertutup (closed house), kandang yang sudah hampir rampung pembangunannya ini, akan ia lengkapi dengan beberapa fitur otomatis yang membuat kandang dengan populasi 20.000 ekor ayam itu, hanya akan mempekerjakan dua orang tenaga kerja.

“Cita-citanya, akan full otomatis, mulai dari pemberian pakan, hingga pengolahan kotoran ayam menjadi kompos,” ujarnya kepada paktaniku.

Suami dari Therisa Asri ini, rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk mewujudkan mimpinya  berinvestasi di sektor peternakan. Dia berharap dapat menjadi salah satu pemasok daging ayam di daerah Sabah dan Serawak.

Ya, Lasung, demikian pria penghobbi olahraga Golf ini dipanggil, bersama istrinya yang diaspora Indonesia di Sabah, membangun peternakan ayam di Sabah.

Untuk mewujudkan impiannya Lasung, memperkirakan akan menghabiskan dana investasi hingga Rp 2 M.

“Itu plus minus lah. Tergantung merek dan kualitas peralatan yang kita aplikasikan untuk system otomatisnya,” ujar pria kepada paktaniku, di Tarakan baru-baru ini.

Idealnya, kata Lasung, kandang system closed house itu adalah 12 x 120 meter. Namun karena kondisi lahan miliknya hanya mampu 60 meter, maka desain kandang yang sudah memasuki tahap finishing ini, dibuat menjadi dua lantai.  

Joslasver atau lebih akrab disapa Lasung,  adalah alumni SMK 1 Tarakan. Dia menetap di Kinabalu sejak mempersunting Therisa Asri. Diaspora Indonesia di Malaysia yang berdarah Dayak Lundayeh.

“Kebutuhan daging ayam di Sabah dan Serawak sangat besar. Saat ini masih didatangkan dari luar daerah,”.

Dia yakin, dengan akses dari Sabah ke kota lainnya hingga ke Brunei yang semakin baik, pemasaran daging ayam masih terbuka lebar.

Bagaimana model bisnis yang diterakan di Sabah? Tidak jauh berbeda dengan system yang banyak digunakan di Indonesia, seperti kebanyakan di Kalimantan Utara. Sistem kemitraan.

Skemanya antara pemilik kandang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan atau integrator.

Pemilik kandang, hanya menyiapkan kandang dan pemeliharaan ayam hingga usia 38 hari. Sementara bibit, pakan ayam, obat-obatan, vitamin hingga tenaga dokter hewan, menjadi tanggung jawab integrator.

“Usia ayam 38 hingga 40 hari, akan dibeli sendiri oleh integrator,” ujarnya.

Dengan pola kemitraan, keuntungan yang diperoleh peternak berkisar antara RM 1,5 – RM 2,10 atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 5.197 – Rp 7,276 per ekornya.

“Tergantung bobot ayam, karena target nya itu dalam usia 38 hari bobot ayam sudah harus mencapai 2 kilogram per ekor,”.

Beternak ayam Broiler dengan system closed house, memiliki banyak keunggulan. Selain  tingkat resiko kematian ayam lebih rendah dari pada system kandang terbuka atau open house, perkembangan ayam juga lebih cepat.

Selain keunggulan itu, dalam operasional kandang tertutup juga lebih murah.

Inilah menjadikan model ini menjadi pilihan peternak modern. Biaya operasionalnya lebih rendah.

Contoh, dengan populasi 20.000 ini, kandang closed house, hanya mempekerjakan 2 orang penjaga kandang untuk pemberian pakan. Distribusi pakan ke dalam kandang sudah dilakukan dengan system mekanis yang dikendalikan dengan control elektrik.

Belum lagi masalah pengendalian kotoran ayam. Pada system closed house yang sedang dibangun pria alumni Universitas Teknologi Yogyakarta ini, akan menggunakan system otomatic. Kotoran ayam yang diproduksi 20.000 ekor ayam akan dikirim ke bagian pengeringan dengan menggunakan conveyor. Setelah kering akan di aduk dengan bahan lainnya, untuk menjadi kompos siap pakai. Lalu, kemudian dikirim lagi dengan bantuan konveyor ke bagian pengemasan menjadi pupuk kompos siap jual.

Sistem pengendalian polusi udaranya juga didesain sangat modern. Udara dari dalam kandang sebelum lepas ke udara bebas, dihisap dan disemburkan kedalam ruangan penyaringan udara. Udara yang disemburkan itu, ditabrakkan ke dalam ruangan yang di tengahnya dibuat tetesan air yang mengalir kontinyu membentuk sekatan.

Setelah proses ini, udara dari dalam kandang sudah tidak berbau lagi, barulah dialirkan untuk lepas ke udara bebas.

Ini membuat kandang system closed house tidak menyebabkan bau dan menjadi sumber lalat. Rencananya, di lokasi yang sama Lasung, demikian ia disapa, akan mendirikan lagi 5 kandang lagi dengan target populasi 100.000 ekor.

Sistem kandang seperti ini sangat tepat digunakan di daerah-daerah dekat pemukiman, agar keberadaan kandang tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.

Keuntungan beternak ayam dengan pola kemitraan ini memang cukup menggiurkan. Bayangkan saja, dalam 1 tahun dengan masa pemeliharaan 38 hari maka, setahun bisa panen sebanyak 6 kali. Masih ada sisa waktu 20 hari, dimanfaatkan untuk sterilisasi kandang. Jika dalam satu kandang populasi 20.000 ekor dengan keuntungan rata-rata yang diberikan perusahaan integrator (mitra) adalah Rp5.000 hingga Rp7.000, maka keuntungan per 38 hari bisa mencapai Rp120 juta. Itu sudah dikurangi dengan pakan, obat-obatan dan vitamin dan tenaga dokter serta tenaga kerja. Jika resiko kematian mencapai 10 persen dari total populasi, keuntungan nya masih cukup bagus. Bagaimana jika 6 kandang? Menarik bukan? (paktaniku)

Tag

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini588
  • Kunjungan Hari Ini687
  • Total Pengunjung121265
  • Total Kunjungan132370
  • Pengunjung Online10