Tanam 1 Hektar, 3 Tahun bisa Jadi Milyarder

Thursday, 26 June 2025 09:52:47 | 238 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
Vanili produksi Krayan. (foto/gun)
Vanili produksi Krayan. (foto/gun)

Ada sebuah komitmen dalam pembahasan pertanian organik di Dataran Tinggi Krayan.

Membuat standar pertanian organik yang telah turun temurun diwariskan leluhur masyarakat Krayan. Ini bukan sekadar komitmen, tetapi menjadi “hukum” bercocok tanam di sana.

Ini sangat penting bagi masa depan Krayan – Kaltara – bahkan Indonesia. Bahkan lebih penting dari visi misi kepala daerah yang hanya indah diucapkan.

Daerah seperti Krayan yang masih menjaga tradisi pertanian tradisional, hanya tersisa beberapa saja di Indonesia.

Bibong Widyati, pakar organik mengatakan, hanya ada beberapa daerah seperti di Kawasan Adat Kajang di Makassar dan Badui di Banten yang masih mempertahankan tradisi pertanian organik tradisional. Beberapa daerah lainnya yang pernah dijadikan daerah-daerah pertanian organik, gagal.

“Jebol juga akhirnya” karena masyarakatnya tergoda dengan hasil panen melimpah dengan penggunaan bahan-bahan sintetis.

Di Kaltara, ada dataran tinggi Krayan.  Di 5 kecamatan dengan 89 desa, masih mempertahankan pola pertanian organik. Pertanian organik, pada prinsipnya bukan tidak memberikan nutrisi pada tanaman. Hanya saja nutrisi, diberikan dengan menggunakan bahan-bahan organik, bukan bahan sitetis yang pada akhirnya merusak dan menurunkan daya dukung lahan.

Jean Alang mencontohkan pada tanaman Vanilinya. Dia menggunakan, kulit nenas dan sisa-sisa buah nenas. Direndam hingga menghasilkan pupuk oranik cair (POC). Itulah yang dia siramkan ke tanaman Vanilinya.

Bicara pertanian organik di Krayan, bukan hanya sebatas pada Padi Adan saja. Banyak produksi Krayan yang sangat potensial. Ada Jewawut, Gula Tebu, Garam, Kopi dan Nenas yang sudah menjadi penggerak ekonomi di sana.

Tetapi beras Adan memang sudah mendunia. Beras premium ini lebih dikenal di negara tetangga seperti Serawak dan Brunei dan menjadi hidangan kelas elit. Itu karena akses darat ke Serawak hingga Brunei lebih baik, dari – dan – ke Krayan – nya, ketimbang Krayan ke Ibukota Kaltara dan ke Indonesia.

Komoditi masa depan Krayan yang akan mendominasi, adalah Vanili.

Sebenarnya, kampanye Vanili di Krayan sudah dilakukan beberapa tahun lalu oleh para penggiat pertanian di sana. Salah satunya Henry Simson. Namun karena banyak faktor, seperti akses jalan dan pasar, membuat perhatian masyarakat untuk mengembangkan Vanili tersendat. Hanya ada beberapa orang yang tetap bertahan melanjutkan budidaya Vanili. Seperti halnya Jean Alang.

Namun ketika pelaksanaan Hari Pertanian Organik (HPO) 11 Juni lalu di Tanjung Karya, DR Yansen TP kembali menggelorakan semangat budidaya Vanili ini. Dia langsung memimpin sebuah tim kecil, mengunjungi perkebunan Vanili di Long Bawan, lalu membentuk Kelompok Tani untuk mendukung rencana.

Yansen TP membuktikan keseriusannya, dia mengirim 5.000 bibit Vanili ke lahan pertanian miliknya di Batu Ruyud Krayan Tengah.

Awal minggu ini, Jean Alang melalui pesan nya kepada paktaniku.com, mengakui semangat menanam Vanili pada generasi muda, kembali tumbuh.

“Banyak sudah yang menghubungi saya bertanya bibit vanili,” tulisnya dalam pesannya.

Lalu bagaimana prospek budidaya Vanili?

Dari banyak literatur dan fakta dari pembudidaya Vanili di Indonesia, setiap pohon Vanili bisa memproduksi Vanili kering antara  0,3-0,4 kg vanili kering. Sementara untuk pola penanaman intesif, setiap hektar lahan dapat menampung antara 2.500 – 3.000 pohon (jarak tanam 2 x 1,5 meter).

Bisa dihitung, dalam setiap hektar lahan Vanili bisa memproduksi setidaknya 1 ton Vanili kering per tahuh. Jika harga Vanili seperti yang diperdagangkan di Krayan pada kisaran Rp2,5 juta per kilogram, maka potensi penghasilan dari setiap hektar Vanili adalah Rp2,5 M per tahun.

Di salah satu situs khusus Vanili disebutkan bahwa, potensi harga Vanili dari Indonesia dalam beberapa tahun kedepan diprediksi akan mengalami peningkatan hingga Rp5 juta per kilogram.

Ini diakibatkan, karena Madagaskar sebagai penghasil Vanili terbesar dunia, sedang mengalami masalah produksi akibat buruknya pola pertanian yang diterapkan, membuat daya dukung lahan menurun.

Selain itu, harga Vanili diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan semakin ketatnya pengawasan dan larangan penggunaan aromatic Vanili berbahan sintetis, pada makanan dan minuman.

Luas lahan pertanian milik masyarakat di Krayan yang masih cukup luas dan kondisi alam yang memenuhi syarat tumbuhnya Vanili, dapat menjadikan Krayan masuk dalam deretan daerah penghasil Vanili terbesar di Indonesia bahkan Dunia. Saat ini, Indonesia adalah negara kedua penghasil Vanili terbesar dunia setelah Madagaskar dengan memproduksi 31 persen kebutuhan Vanili dunia. (gun/paktaniku)

Tag

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini588
  • Kunjungan Hari Ini687
  • Total Pengunjung120956
  • Total Kunjungan132057
  • Pengunjung Online4