Sekitar tanggal 11-14 Juni ini, Krayan Barat akan menjadi tuan rumah perayaan Hari Pertanian Organik (HPO). Dalam beberapa jejak digital, terlihat bahwa kegiatan ini rutin dilaksanakan. Ini adalah kegiatan yang ke delapan. Tahun 2023 lalu, dilaksanakan di Long Layu – Krayan Selatan. Demikian ditulis di YTPRayeh.com.
HPO, diisi dengan berbagai kegiatan termasuk seminar, workshop pertanian organik dan tradisional yang sudah dikembangkan turun temurun di dataran tinggi Krayan. Dan yang paling menarik, akan ada pameran hasil-hasil pertanian organik termasuk bazar produk-produk olahan pertanian organik.
Sudah dapat dibayangkan, menu-menu hasil alam dan pertanian Krayan seperti Sayur rebung – siput sawah – ikan pelian – gula tebu lokal – nasi beras adan – kue jewawut dan banyak lagi, yang hanya bisa ditemukan di Krayan, akan tampil dalam kegiatan ini.
Kalaulah acara ini digelar bersamaan dengan musim buah? Pasti akan semakin luar biasa. Buah-buah lokal yang hanya ada di Krayan pasti akan tersaji.
Kegiatan ini luar biasa menarik. Sayangnya, tidak banyak yang bisa hadir ke acara ini karena akses ke Krayan sangat terbatas. Hanya bisa dengan pesawat perintis. Yang setiap penumpang harus ditimbang berat badannya termasuk bagasinya. Total muatan hanya berkisar 700 kilogram per sekali terbang, tergantung bandara yang di darati. Kabarnya di beberapa bandara di Krayan, muatan pesawat bahkan dibatasi hanya kisaran 400 kilogram.
Begitu banyak potensi di Dataran Tinggi Krayan, tetapi ibarat permata yang masih terkubur dalam lumpur yang sangat tebal. Krayan terisolasi.
Gat Khaleb, politisi asal Krayan di DPRD Nunukan tegas mengatakan, DOB adalah solusi terbaik untuk Krayan.
“Kabupaten Nunukan terlalu luas. Dengan kondisi geografis yang berat, sulit untuk membangun semua wilahnya, termasuk Krayan. Tidak mungkin APBD Nunukan di fokuskan membangun Krayan. Daerah lain juga butuh,” tulisnya kepada paktaniku.com.
HPO itu salah satu tujuannya membuat standar pertanian organic serta mendukung asta cita ke-2 Presiden Prabowo terkait ketahanan pangan. Tetapi pertanyaan, ketahanan pangan di Krayan untuk siapa? Apa hanya untuk orang Krayan? Krayan dari dulu sudah berada dalam zona mandiri pangan. Masyarakat bisa hidup dengan hasil alamnya.
Krayan bisa menjadi satu sentra pangan Kaltara, jika saja akses ke Krayan terbuka. Tetapi keterbatasan anggaran di Kaltara dan Nunukan, membuat pesimis akses itu akan cepat teratasi. “Solusi terbaik adalah DOB,” Gat Khaleb. (paktaniku.com)