Ironi di Timur Bulungan

Sunday, 26 January 2025 20:02:13 | 404 views

Penulis: paktanik
Editor: paktanik
Memanjakan mata dengan yang hijaunya daun padi gunung di perjalanan menuju Sajau Hilir Tanjung Palas Timur. (foto/paktaniku)
Memanjakan mata dengan yang hijaunya daun padi gunung di perjalanan menuju Sajau Hilir Tanjung Palas Timur. (foto/paktaniku)

Tanjung Palas Timur, boleh jadi akan menjadi masa depan Kabupaten Bulungan bahkan Kaltara. Bahkan mungkin Indonesia. Di sana sedang dibangun KIPI Tana Kuning. Kawasan industry yang kabarnya mengusung konsep industry hijau. Akan ada pelabuhan internasional.

Saat ini, Tanjung Palas Utara, adalah salah satu sentra padi di Kabupaten Bulungan. Paktaniku.com pernah memuat tentang produksi beras dari salah satu kelompok tani di Sajau Hilir. Kondisi lahan yang kebanyakan datar mendukung perkembangan sawah di Sajau Hilir, termasuk tanaman pangan lainnya. Di bukitnya tak kalah subur. Padi gunung terhampar menghijau.

Sabtu (25/1), bersama sekelompok anak muda milenial kami menjajal perjalanan dari Tanjung Selor ke Sajau Hilir. Sebelum memasuki daerah Wonomulyo, tepat di salah satu titik tanjakan yang kondisinya rusak sangat parah, ada hamparan hijaunya padi gunung yang sangat subur. Kami berhenti mengambil beberapa gambar dengan kamera ponsel. Sambil memberi jalan truk-truk bermuatan buah kelapa sawit untuk melintasi track menurun yang parah. Beruntung tidak hujan, sehingga hanya debu yang menganggu, bukan licin yang bisa menggelindingkan kendaraan. Cahaya matahari sudah mulai redup hijaunya dedaunan padi, semakin kuat tertangkap kamera.

Perjalanan dari Tanjung Selor ke Tanjung Palas Timur berbeda 180 derajat, dibandingkan perjalanan Tanjung Selor ke arah utara,  atau ke Pimping, Sekatak hingga ke KTT atau ke Malinau hingga Sungai Ular di Nunukan.

Meskipun berkelok, kita masih bisa memacu kendaraan hingga kecepatan 70 km/jam. Tetapi jika menuju ke Tanjung Palas Timur, atau arah Tanah Kuning, jangan harap bisa memacu kendaraan anda. Hampir tiap 100 meter, perseneling harus kembali ke gigi 1.

Tanjung Selor hingga Sajau Hilir harus ditempuh 1,5 jam. Paraaaaah.

Trans Kaltara yang menghubungkan Tanjung Selor ke Tanjung Selor Utara, mungkin mendapat keberuntungan karena sebagai jalan nasional. Kata seorang kawan yang bekerja di Balai PUPR, lihat saja jika markanya kuning itu berarti jalan nasional. Tanggung jawab pusat.

Berbeda dengan Tanjung Selor ke Tanjung Palas Timur. Markanya warna putih. Entah itu jalan kabupaten atau provinsi. Tetapi yang pasti, kondisinya parah. Bahkan sangat parah.

“Kita tidak butuh warna markahnya bang. Yang penting jalan bagus,” ujar salah seorang anggota rombongan saya yang mengeluhkan pingganggnya encok karena terguncang selama perjalanan.

Ya, inilah ironi. Pembangunan masih banyak menyisahkan pekerjaan rumah. Pertanian tanpa akses yang baik akan sulit berkembang. Sebanyak apapun produksi dari Tanjung Palas Timur jika aksesnya masih seperti ini, tetap akan menyulitkan.

Ekonomi rakyat itu seperti roda mobil. Jika lewat jalan mulus, dia bisa melaju kencang. Namun jika lewat jalan berlobang-lobang, kecepatannya pun akan tersendat-sendat.

Itulah ironi disepanjang jalan Tanjung Selor ke Tanjung Palas Timur. (paktaniku)

 

Rekomendasi

Newsletter

Polling Cepat

Siapakah calon pemenang di Pilkada pilihanmu.?

  • Nama 1 (0%, 0 Votes)
  • Nama 2 (0%, 0 Votes)
  • Nama 3 (0%, 0 Votes)
  • Nama 4 (0%, 0 Votes)

Total Voters: 0

Loading ... Loading ...

berita populer

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini588
  • Kunjungan Hari Ini687
  • Total Pengunjung121077
  • Total Kunjungan132180
  • Pengunjung Online6