Kampung Tias secara administrative masuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Selor Tengah, dapat dicapai dalam waktu 1 jam dengan speed boat dari pelabuhan SDF Tarakan ke arah timur. Awalnya, pulau ini, adalah tempat persinggahan nelayan ketika melaut. Kini menjadi sebuah kampung yang dihuni 700 warga dewasa, dan sudah memiliki fasilitas dasar seperti Puskesmas pembantu (Pustu), Masjid dan sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama.
Namanya terkenal, namun yang jarang dikunjungi, kecuali para petambak dan nelayan. Begitupun dengan Dr Yansen TP,M.Si, calon Gubernur Kalimantan Utara.
Yansen TP mengakui, sangat kenal dengan nama Tias, namun baru kemaren (30/10) menginjakkan kaki di kampung ini.
“Nama Tias sangat terkenal. Tapi saya baru kali ini datang ke sini,” ujar Ketua DPW Partai Demokrat Kaltara ini.
Namun bukan Yansen TP kalau tidak punya ide perubahan disetiap suasana. Kampung Tias yang 100 persen penduduk tetapnya adalah muslim, ingin dijadikannya kampung percontohan.
“Kalau desa-desa di daratan, sudah banyak contohnya. Tetapi desa di perairan seperti pulau Tias ini, belum ada. Saya minta semua warga sepakat untuk menjadikan pulau Tias ini sebagai percontohan penataan desa pesisir dengan dana RT yang nanti kami siapkan,” jelasnya ketika berdiskusi dengan ketua RW dan RT.
Ya…, kita lihat contoh di Desa Setulang Malinau. Dulu desa ini, sama seperti desa pada umumnya. Masyarakatnya dalam keterbatasan fasilitas, rasa percaya dirinya sebatas warga desa. Namun ketika Yansen TP menjadi bupati, desa ini didorong menjadi desa wisata dengan kearifan lokalnya. Masyarakat didorong untuk kreatif menghasilkan produk seperti batik Malinau, yang kini dikenal bahkan dipamerkan hingga ke luar negeri.
Desa Setulang, bukan lagi desa pedalaman, tetapi desa yang menjadi tujuan wisatawan dalam dan luar negeri.
Di Tias, jika program dan RT Rp 100 juta dilaksanakan, maka total yang diterima Kampung ini adalah Rp600 juta. Dana itu dikelola langsung oleh warga dan RT untuk kepentingan bersama, tanpa harus menunggu proyek pemerintah.
“Tias bisa kita jadikan desa percontohan. Asalkan warga semua mendukung. Lingkungan kita harus bersih, terta dan tetap menjaga lingkungan tetap alami,” papar Yansen TP
Warga Tias mengungkapkan, mereka jauh dari perhatian pemerintah kabupaten. Hanya diera Bupati H Budiman Arifin, kampung ini banyak mendapat bantuan.
Karenanya warga antusias mereka menyambut program dana RT yang ditawarkan Dr Yansen TP-H Suratno. Sebuah baliho besar bertuliskan “Basis Pemenangan Pasangan Cagub Yansen TP-H Suratno” terpasang tepat di jalur masuk kampung Tias.
Melihat semangat hidup warga di Kampung Tias, Yansen Tp yakin, kampung ini dapat diwujudkan menjadi kampung wisata. Di tengah minimnya fasilitas dan bantuan, warga di sana tetap eksis dan geliat pertumbuhan ekonomi yang bagus.
“Ini sama dengan Kota Sebatik. Daerahnya bisa hidup dengan potensinya sendiri,” ujar Yansen TP
INOVATIF, TETAP NONTON DEBAT CAGUB
Kampung Tias tidak tercover jaringan cellular. Warga Tias membuat inovasi menangkap sinyal 4G. Caranya. Handphone diaktifkan hotspotnya, lalu digeret ke atas tiang seperti menaikkan bendera saat upacara. Hotspot dihubungkan dengan perangkat lain di dalam rumah.
Makanya warga di Tias, tetap ber social media, mengetahui informasi seperti laiknya warga di perkotaan. Warga Tias bahkan memantau debat calon gubernur Kaltara yang disiarkan live di Metro TV. “Kami ikuti debat pak Yansen di HP. Memang program nya sangat bagus dengan memberikan dana RT itu,” ujar salah seorang ketua RT ketika berdialog dengan Yansen TP.
Di Tias, penerangan menggunakan genset diesel, dipadukan dengan Pembangkit Listrik Tenga Surya (PLTS) yang disalurkan ke rumah-rumah warga. Beberapa warga ada yang menggunakan genset sendiri.
Air bersih yang menjadi masalah utama warga disini. Jika tidak hujan dalam satu bulan, mereka harus mendatangkan air bersih dari Pulau Sajau dengan. Warga sudah beberapa kali mencoba menggali sumur bor, namun hanya mendapatkan air payau. Belum layak untuk dikonsumsi.
Bagaimana jika ada warga yang meninggal? Di Tias tidak ada kuburan. Warga yang meninggal dimakamkan di Tarakan atau di Bulungan. Sebuah ambulance air disiagakan untuk digunakan saat ada jenazah yang ingin dimakamkan. (paktaniku)